Rabu, 23 April 2014

SARAPAN?? PENTING???

Yup...penting banget!!!

 











tahu gak sih kawan, sarapan itu bisa menghindarkan kita dari resiko diabetes, maag, PJK alias penyakit jantung koroner, terus ampuh juga buat menurunkan berat badan :)
Menurut penelitian,mereka yang sarapan pagi secara rutin memiliki berat badan yang lebih ideal ketimbang mereka yang jarang atau tidak pernah sarapan
Soalnya dengan sarapan maka ada bahan yang dapat dibakar ketika kita beraktifitas. Sedangkan jika kita tidak sarapan, tubuh tidak memiliki bahan untuk dibakar kalorinya ketika kita beraktifitas.

Minggu, 20 April 2014

Diet Sehat? Gimana Sih Caranya?

Selamat pagi temaaaaan :) kali ini saya akan mencoba membahas tentang Diet Sehat.
Diet? apasih diet itu? usaha nurunin berat badan??? BUKAN...BUKAN (-,-) Nah kebanyakan persepsi orang tentang diet adalah salah, mereka mengartikan diet sebagai usaha untuk menurunkan berat badan demi memiliki tubuh yang indah. Bukan itu ya temaaan :p
Menurut dr. Hembing Wijayakusuma dalam bukunya Bebas Diabetes Mellitus, diet merupakan suatu cara untuk mengatur jenis, jumlah, dan cara mengonsumsi makanan. Makanan yang dikonsumsi harus bergizi (mengandung karbohidarat, protein, lemak, vitamin, dan mineral).

berikut ini saya mengutip dari beberapa tweet @EdukasiGizi mengenai #DietSehat

1. Diet adalah pengaturan makan untuk hidup sehat, notif ya, untuk hidup sehat :) #DietSehat
 
2. Konsumsi kalori sama dengan kebutuhan tubuh, untuk masyarakat Indonesia umumnya sekitar 2000Kal :) #DietSehat

3. Batasi asupan lemak, terutama lemak jenuh (ex lemak pada daging) dan lemak yaitu trans (ex: gorengan) #DietSehat  

4. Batasi konsumsi gula pasir, gula rendah kalori (ex gula jagung) lebih aman terhadap potensi terjadinya diabetes #DietSehat

5. Batasi Natrium dari cemilan gurih dan garam, Natrium akan meningkatkan tekanan darah yang berkorelasi pada peny jantung #DietSehat

6. Penuhi kebutuhan mineral yg terkait dengan sel syaraf (Ex Fe, Zn & Se) yang banyak terdapat di pangan hewani #DietSehat 

7. Menghindari zat tidak foodgrade yang bersifat karsinogenik, seperti boraks, formalin atau pewarna tekstil #DietSehat

nah itu dia beberapa tips Diet Sehat dari @EdukasiGizi :)))
masih diet dengan memuntahkan makanan setelah makan alias Bulimia??? 
Oohhh Think again guys!!!
diet sehat yang aman itu GAMPANG dan MURAH kok :)))

Sumber:
link web Edukasi Gizi (edukasigizi.net) : http://t.co/g5KzEP7VCA
https://twitter.com/EdukasiGizi

Laporan Praktek Lapang PSG



HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul                                   : Laporan Praktek Lapangan Penilaian Status Gizi di MI  
  Muhammadiyah Gonilan.
2. Nama Kelompok                 : 1. Azmia Tria Maulida Sanath
                                                  2. Kartika Rohmah Hidayati
                                                  3. Nur Hasanah Itsnaini
                                                  4. Fietras Nastiti
                                                  5. Effa Nurmadiani
                                                  6. Fara Ida Umami
3.Tempat Turun Lapang          : MI Muhammadiyah Gonilan Kartasura Sukoharjo
4. Waktu Turun Lapang          : 22 November 2013


   Kepala Sekolah                                                               Pengampu                                                                      

   Pamuji Raharjo, S. Pd.I, M. Pd                                                      Dyah Umi Wakhidah, S.Gz 
                                     

Kaprodi Gizi


          Dwi Sarbini, SST.,M.Kes




DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………..………..i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..….ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….iii
BAB I : PENDAHULUAN
            A. Latar Belakang ………..……...………………………………………………………..1
            B.Tujuan……………………………………………………………………………….…..2
            C. Manfaat………………………………………………………………………………...2
BAB II: LANDASAN TEORI
            A. Pengertian Anak Sekolah………………………………………………………............3
            B. Karakteristik Anak Sekolah………………………………………………………........4
            C. Status Gizi………………………………………………………………………….......4
            D. Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Anak Sekolah……………………………....5
            E. Penilaian Status Gizi…………………………………………………………………...7
            F. Jenis dan Parameter Penilaian Status Gizi………………………………………….....11
BAB III: METODE PENILAIAN STATUS GIZI
            A. Pengukuran Berat Badan……………………………………………………...............13
            B. Pengukuran Tinggi Badan…………………………………………………….........14
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
            A. Hasil………………………………………………………………………..................15
            B. Pembahasan…………………………………………………………………...............16
BAB V: PENUTUPAN
            A. Kesimpulan……………………………………………………...................................18
            B. Saran………………………………………………………………….........................18
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………...…………………………...iv
LAMPIRAN





KATA PENGANTAR

            Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, serta inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Penilaian Status Gizi yang berjudul
“Pengukuran Antropometri Untuk Mengetahui Status Gizi Siswa MI Muhammadiyah Gonilan” dengan baik tanpa suatu halangan yang berarti.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada:
1. Ibu Dyah Umi selaku dosen pengampu Praktikum Penilaian Status Gizi yang telah memberikan banyak bimbingan dan arahan kepada kami.
2. Kepala Sekolah beserta guru-guru MI Muhammadiyah Gonilan yang telah membantu pelaksanaan kegiatan ini.
3. Siswa siswi MI Muhammadiyah Gonilan yang telah ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan ini.
4. Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Gizi yang telah memberikan masukan kepada kami.
5. Ayah dan Ibu yang telah memberikan bantuan moril, materil, arahan, dan selalu mendo’akan keberhasilan serta kemudahan dalam penulisan laporan ini.
6. Semua pihak yang telah membantu serta memberikan saran dan dukungan kepada kami.
            Akhirnya, dengan segala kerendahan hati kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan, sehingga kami mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan laporan ini.

                                                                                                            Surakarta, Januari 2014

                                                                                                                       
                                                                                                                        Penulis



BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
       Gizi merupakan komponen yang sangat dibutuhkan seorang anak untuk peningkatan pertumbuhan dan perkembangannya, terutama pada masa usia sekolah. Upaya Peningkatan  kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini. Tumbuh dan berkembangnya anak  usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang  baik  serta benar. Anak sekolah pada umumnya  berada dalam masa pertumbuhan yang sangat cepat dan aktif, pengaturan makanan yang bergizi baik, seimbang dan beraneka ragam jenis akan memastikan kecukupan gizinya.
            Diusia sekolah dasar, anak-anak sudah mulai mendapatkan uang aku yang dapat digunakan untuk  membeli makanan jajanannya  sendiri. Anak-anak sudah dapat melakukan pemilihan terhadap makanan yang mereka konsumsi. Apabila anak tidak dibekali dengan  pemahaman yang baik mengenai pangan jajanan sehat dapat menyebabkan anak mengalami  “foodborne disease” karena banyaknya makanan jajanan sekolah yang tidak memenuhi syarat kesehatan.
            Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu mendapat perhatian khusus. Adanya peningkatan dan perbaikan kualitas hidup anak merupakan salah satu upaya yang penting bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Kualitas hidup anak dapat dilihat kesehatannya melalui keadaan status gizi yang baik dan merupakan salah satu indikator pembangunan. Status gizi anak merupakan satu dari delapan tujuan yang akan dicapai dalam Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yang di adopsi dari PBB Tahun 2000 (Todaro,2005).
            Indikator pertumbuhan dapat dilihat dari berat badan menurut umur (BB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dan tinggi badan menurut umur (TB/U) sebagai alat untuk penilaian status gizi anak serta indeks massa tubuh (IMT/U). Indikator status gizi dapat menyebabkan keadaan kekurangan gizi pada anak yaitu berat badan kurang (underweight), pendek (stunting), dan kurus (wasting). (WHO, 2005).

            Berdasarkan penelitian, di provinsi Jawa Tengah prevalensi status gizi umur 6-12 tahun (TB/U) adalah 14,9% termasuk kategori sangat pendek, 19,2% termasuk kategori pendek dan 65,95 termasuk kategori normal. Menurut jenis kelamin, prevalensi kependekan pada anak laki-laki lebih tinggi yaitu 36,5% dari pada anak perempuan yaitu 34,5%. Sedangkan menurut tempat tinggal, prevalensi anak kependekan di daerah perkotaan sebesar 29,3% lebih rendah pada anak pedesaan yaitu 41,5%. (Riskesdas 2010). Kelompok anak sekolah merupakan salah satu segmen penting di masyarakat dalam upaya peningkatan pemahaman dan kesadaran gizi sejak dini. Anak sekolah merupakan sasaran strategi dalam perbaikan gizi masyarakat dan merupakan generasi penerus tumpuan bangsa sehingga perlu disiapkan dengan baik kualitasnya. (Depkes RI, 2001).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
1.1. Mengetahui status gizi anak usia sekolah dasar di MI Muhammadiyah Gonilan.
2. Tujuan Khusus
2.1. Mengetahui berat badan anak usia sekolah dasar di MI Muhammadiyah Gonilan.
2.2. Mengetahui tinggi badan anak usia sekolah dasar di MI Muhammadiyah Gonilan.
2.3. Mengetahui Indeks Massa Tubuh (IMT) anak usia sekolah dasar di MI Muhammadiyah Gonilan.

C. MANFAAT
Laporan ini kami harapkan bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut:
1. Mahasiswa
                    Bagi mahasiswa, laporan ini bisa menjadi bahan masukan bahwa materi gizi untuk anak usia sekolah sangat dibutuhkan untuk menjadi seorang ahli gizi yang memiliki wawasan luas.
2. Masyarakat
            Bagi masyarakat, khususnya untuk para ibu atau orangtua, lebih memperhatikan gizi anaknya, terutama yang masih berusia sekolah yang sangat membutuhkan asupan gizi yang banyak untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN ANAK SEKOLAH
                        Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu. 
                        Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun,memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua. Biasanya pertumbuhan anakputri lebihcepat dari pada putra. Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan pemeliharaan jaringan. Anak sekolah biasanya banyak memiliki aktivitas bermain yang menguras banyak tenaga, dengan terjadi ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan keluar, akibatnya tubuh anak menjadi kurus. Untuk mengatasinya harus mengontrol waktu bermain anak sehingga anak memiliki waktu istirahat cukup (Moehji, 2003)
                   Masalah gizi (malnutrition) adalah gangguan pada beberapa segi kesejahteraan perorangan dan atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak  terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Masalah gizi berkaiatan erat dengan masalah pangan. Masalah pangan antara lain menyangkut ketersediaan pangan dan kerawanan konsumsi pangan yang dipengaruhi oleh kemiskinan, rendahnya pendidikan dan adat/kepercayaan yang terkait dengan tabumakanan. Sementara, permasalahan gizi tidak hanya terbatas pada kondisi kekurangan gizi saja melainkan tercakup pula kondisi kelebihan gizi.
                   Di beberapa daerah pada sekelompok masyarakat Indonesia terutama di kota-kota besar, masalah kesehatan masyarakat utama justru dipicu dengan adanya kelebihan gizi, meledaknya kejadian obesitas di beberapa daerah di Indonesia akan mendatangkan masalah baru yang mempunyai konsekuensi yang serius bagi pembangunan bangsa Indonesia khususnya di bidang kesehatan. Dengan kata lain, masih tingginya prevalensi kurang gizi di beberapa daerah dan meningkatnya prevalensi obesitas yang dramatis di beberapa daerah yang lain akan menambah beban yang lebih komplek dan harus dibayar mahal oleh bangsa Indonesia dalam upaya pembangunan bidang kesehatan, sumber daya manusia dan ekonomi (Hadi, 2005).

B. KARAKTERISTIK ANAK SEKOLAH
Anak sekolah biasanya banyak memiliki aktivitas bermain yang menguras banyak tenaga, dengan terjadi ketidakseimbangan antara energy yang masuk dan keluar. Akibatnya tubuh anak menjadi kurus. Untuk mengatasinya harus mengontrol waktu bermain anak sehingga anak memiliki waktu istirahat cukup (Moehji,2003).
Karakteristik anak sekolah meliputi :
      1)      Pertumbuhan tidak secepat bayi
      2)      Gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen
      3)      Lebih aktif memilih makanan yang disukai
      4)      Kebutuhan energi tinggi karena aktivitas meningkat
      5)      Pertumbuhan lambat
      6)      Pertumbuhan meningkat lagi pada masa pra remaja

C. STATUS GIZI
                   Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien.
Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwatat diit (Beck, 2000).
                        Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, dan panjang tungkai (Gibson,1990).
Didalam tubuh, zat gizi memiliki fungsi sebagai:
a.  Memberi energi
               Zat- zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Oksidasi zat- zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan/ aktivitas. Ketiga zat gizi terdapat dalam jumlah paling banyak dalam bahan pangan. Dalam fungsi sebagai zat pemberi energi, ketiga zat gizi tersebut dinamakan zat pembakar.
b.  Pertumbuhan dan Pemeliharaan Jaringan Tubuh
                    Protein, mineral, dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Oleh karena itu, diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara, dan mengganti sel-sel yang rusak. Dalam fungsi ini ketiga zat gizi tersebut dinamakan zat pembangun.
c.  Mengatur Proses Tubuh
                   Protein, mineral, air dan vitamin diperlukan untuk mengatur proses tubuh. Protein mengatur keseimbangan air di dalam sel, bertindak sebagai buffer dalam upaya memelihara netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai penangkal organisme yang bersifat infektif. (Almatsier, 2009).

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI ANAK SEKOLAH
1.  Faktor Langsung
a.  Konsumsi Makanan
                    Keadaan keseimbangan gizi tergantung dari tingkat konsumsi kualitas hidangan yang menunjukan quantum suatu zat gizi terhadap kebutuhan hidup. Bila susunan hidangan kebutuhan tubuh baik dari sudut  kuantitas, maka tubuh akan mendapatkan kesehatan gizi  sebaik – baiknya.

          Sebaliknya, konsumsi yang kurang baik dalam kualitas maupun kuantitas akan memberi dampak kesehatan pangan dan gizi yang baik ditentukan oleh terciptanya keseimbangan antara banyaknya jenis zat gizi yang dikonsumsi dengan banyaknya zat yang dibutuhkan tubuh.
b.  Infeksi
                    Infeksi biasa berhubungan deangan gangguan gizi. Infeksi sendiri mengakibatkan si penderita kehilangan bahan makanan melalui muntah-muntah dan diare. Selain itu juga penghancuran jaringan tubuh akan mengikat karena dipakai untuk pembentukan protein atau enzim- enzim yang diperlukan dalam usaha pertahanan tubuh. Gangguan gizi dan infeksi sering bekerja secara sinergis, infeksi akan memperburuk kemampuan seseorang untuk mengatasi penyakit infeksi.  Zat gizi dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh kembang guna mencapai hasil yang optimal sesuai dengan kebutuhan.

2.  Faktor tidak langsung
a.  Pengetahuan
          Pengetahuan adalah konsep didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya yang berbeda sekali dengan kepercayaan, takhayul dan penerangan – penerangan yang keliru. Pengetahuan bertujuan untuk mendapatkan kepastian serta menghilangkan ketidakpastian dan adanya kepercayaan – kepercayaan yang tidak dapat dibuktikan kebenaranya.
          Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan dan konsumsi sehari – hari dengan baik dan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Pemilihan dan konsumsi bahan makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang dibutuhkan tubuh.
          Status gizi kurang terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi essential. Sedangkan status gizi lebih terjadi apabila tubuh memperoleh zat gizi dalam jumlah yang berlebihan, sehingga menimbulkan efek yang membahayakan. (Almatsier, 1989). Dalam hal ini pengetahuan orangtualah yang berperan dalam status gizi anak.
b.  Pendidikan
          Pendidikan adalah usaha yang dilakaukan secara sadar, sengaja, sistematis, dan terencana oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa yang merupakan bimbingan, pertolongan, dan kepemimpinan dengan tujuan agar anak dapat mencapai tingkat kedewasaan jasmani dan rohani.
E. PENILAIAN STATUS GIZI
                        Penilaian status gizi dapat dinilai secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat yaitu (Supariasa, 2001) :
a.  Antropometri
               Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa, 2001).
Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu:
        (1). Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
                    Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran   masa tubuh. Masa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan yang mendadak. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Sehingga indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini.
Kelebihan indeks BB/U adalah :
a)         Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum
b)         Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis
c)         Berat badan dapat berfluktuasi
d)        Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil
e)         Dapat mendeteksi kegemukan
 Kelemahan indeks BB/U adalah :
a). Dapat mengakibatkan intrepretasi status gizi yang keliru bila  terdapat edema  
     maupun acites.
b). Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering sulit untuk
     ditaksir secara tepat karena pencatatan umur yang belum baik.
c). Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah usia lima tahun.
d). Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau gerakan
     anak pada saat penimbangan.
e). Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya
     setempat.

        (2). Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan  keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relative kurang sensitive terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama.
Berdasarkan karakteristik tersebut di atas, maka indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu. Beaton dan Bengoa (1973) menyatakan bahwa indeks TB/U di samping memberikan gambaran status gizi masa lampau, juga lebih erat kaitannya dengan status social ekonomi.
Keuntungan indeks TB/U adalah :
a). Baik untuk menilai status gizi masa lampau.
b). Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa.




Kelemahan indeks TB/U adalah :
a). Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun.
b). Pengukuran relative sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga  
     diperlukan dua orang untuk melakukannya.
c). Ketepatan umur sulit didapat.

        (3). Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Jeliffe pada tahun 1966 telah memperkenalkan indeks ini untuk mengidentifikasi status gizi. Indeks BB/TB merupakan indicator yang baik untuk menilai status gizi saat kini (sekarang). Indeks BB/TB adalah merupakan indeks yang independen terhadap umur.
Berdasarkan sifat-sifat tersebut, indeks BB/TB mempunyai beberapa keuntungan dan kelemahan, seperti yang diuraikan di bawah ini :
Keuntungan indeks BB/TB adalah :
a). Tidak memerlukan data umur
b). Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal dan kurus)
Kelemahan indeks BB/TB adalah :
a). Tidak dapat menggambarkan apakah anak tersebut pendek, cukup tinggi badan atau
      kelebihan tinggi badan menurut umurnya.
b). Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang,  
      tinggi   badan  pada kelompok balita.
c). Membutuhkan dua macam alat ukur.
d). Pengukuran relative lebih lama.
e). Membutuhkan dua orang untuk melakukannya.
f). Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran, terutama bila
    dilakukan oleh kelompok non-profesional.


b. Klinis
            Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
       Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat.survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda dan gejala atau riwayat penyakit (Supariasa, 2001).
c. Biokimia
Penilaian status gizi dengan  biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot (Supariasa, 2001). Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik (Supariasa, 2001).
d.  Biofisik
            Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan stuktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik.
Penilaian Status Gizi secara tidak langsung dibagi menjadi tiga, yaitu (Supariasa, 2001):
1)  Survei Konsumsi makanan 
          Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat membetrikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.

2)  Statistik Vital
               Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur. Angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
3)  Faktor Ekologi.
               Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.

F. JENIS DAN PARAMETER PENILAIAN STATUS GIZI
            Parameter  status gizi adalah ukuran yang menjadi patokan dalam menentukan status gizi seseorang. Ada beberapa parameter yang dapat digunakan dalam menilai status gizi seseorang, salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan antropometri.
        a. Umur
                      Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanyakecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan. ( Depkes, 1994)
        b. Berat Badan
            Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan merupakan pengukuran yang terpenting pada bayi baru lahir. Dan hal ini digunakan untuk menentukan apakah bayi termasuk normal atau tidak (Supariasa, 2002). Berat badan merupakan hasil peningkatan / penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh antara tulang, otot, lemak, cairan tubuh.
Parameter ini yang paling baik untuk melihat perubahan yang terjadi dalam waktu singkat karena konsumsi makanan dan kondisi kesehatan (Soetjiningsih, 1998).
        c. Tinggi Badan
                   Tinggi badan merupakan bagian dari ukuran antropometri kedua yang cukup penting. Keistimewaannya bahwa ukuran tinggi badan akan meningkat terus pada waktu pertumbuhan sampai mencapai tinggi yang optimal. Di samping itu tinggi badan dapat dihitung dengan dibandingkan berat badan dan dapat mengesampingkan umur. Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk indeks TB/U (tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes RI, 1994)















BAB III
METODE PENILAIAN STATUS GIZI

A. PENGUKURAN BERAT BADAN (BB)
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan  yang menurun. Berat badan ini  dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan  berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Djumadias, Abunain, 1990). Berat badan mencerminkan jumlah protein, lemak, air, dan massa mineral tulang dalam tubuh. Pada pengukuran antropometri di sekolah dasar, berat badan ditimbang menggunakan timbangan injak (bathroom scale).
Nama Alat  : Timbangan Injak (bathroom scale)
Kapasitas    : 120 kg
Ketelitian    : 0,1 kg
Cara penggunaan timbangan injak (bathroom scale):
1. Meletakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah bergerak
2. Melihat posisi jarum atau angka menunjuk angka nol/ menerakan timbangan
3. Meminimalkan pakaian yang dipakai anak (melepaskan jaket, sepatu, topi, dan aksesoris  
    yang digunakan oleh anak)
4. Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi
5. Melihat jarum timbangan sampai berhenti.
6. Membaca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan




B. PENGUKURAN TINGGI BADAN (TB)
       Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan  kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan  sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan  keadaan   berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U (tinggi badan menurut umur), atau juga  indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi  Badan)  jarang dilakukan karena perubahan tinggi  badan yang lambat dan biasanya  hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun (Depkes RI, 2004). Tinggi badan pada prinsipnya adalah mengukur jaringan tulang skeletal yang terdiri dari kaki, punggung, tulang belakang dan tulang tengkorak. Pada pengukuran antropometri di sekolah dasar, tinggi badan diukur menggunakan alat yang disebut microtoice.
Nama Alat  : Microtoice
Kapasitas    : 200 cm
Ketelitian    : 0,1 cm          
Cara menggunakan microtoice adalah:
1. Memilih tempat dengan dinding vertical (sedapat mungkin 90 derajat) dan permukaan  
    lantai yang horizontal (180 derajat).
2. Meletakan microtoice di lantai dan menarik pita centimeter ke atas sepanjang dinding
    sampai angka “0” muncul dan persis pada penunjuk angka microtoice.
3. Memasang ujung microtoice pada dinding dengan lakban.
4. Memeriksa kembali alat penunjuk angka pada microtoice di lantai apakah masih
    menunjukan angka “0”.
5. Meminimalkan pakaian yang dipakai anak (melepaskan sepatu, sandal, topi)
6. Menggeser mikrotoice sampai menyentuh tepat pada bagian atas kepala dan memastikan
    sisi mikrotoice tetap menempel rapat ke dinding.
7. Membaca penunjukan mikrotoice dengan pembacaan dilakukan dari arah depan tegak
    lurus  dengan mikrotoice .
8. Mencatat hasil pengukuran tinggi badan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
No
Nama
Jenis Kelamin
Tanggal Lahir
Umur
BB (kg)
TB (cm)
IMT
Kategori Status Gizi
1
Abdhul Aziz
Laki-laki
19/01/2005
8 th 10 bln
33
124,9
21,1
Gemuk
2
Arrizal P A
Laki-laki
23/03/2005
8 th 8 bln
20
116,5
14,7
Normal
3
Ahlam A M
Laki-laki
04/06/2004
9 th 5 bln
33
119,8
22,9
Gemuk
4
Bagas Yoga P
Laki-laki
09/10/2004
9 th 1 bln
28
125,6
17,7
Normal
5
Bima Arya S
Laki-laki
07/04/2005
8 th 7 bln
24
125
15,3
Normal
6
Daffa F R
Laki-laki
15/05/2005
8 th 6 bln
25
126
15,7
Normal
7
Desliza Ayu A
Perempuan
08/03/2005
8 th 8 bln
17
115,2
12,8
Kurus
8
Dobbi A S
Laki-laki
10/07/2005
8 th 4 bln
16
115,3
12,0
Kurus
9
Ega P N H
Laki-laki
28/02/2005
8 th 8 bln
24
129,9
14,2
Normal
10
Hanifatul J
Perempuan
27/11/2004
8 th 11 bln
40
127,7
24,5
Gemuk
11
Haris R T
Laki-laki
05/04/2005
8 th 7 bln
22
124,4
14,2
Normal
12
M Lastiko P
Laki-laki
10/11/2005
8 th 0 bln
20
113,4
15,5
Normal
13
Rafa A A
Laki-laki
13/01/2005
8 th 10 bln
25
127,4
15,4
Normal
14
Sarah A A
Perempuan
22/06/2005
8 th 5 bln
20
117,4
14,5
Normal
15
M Ilham A F
Laki-laki
19/06/2005
8 th 5 bln
20
114,8
15,1
Normal
16
Habib M F N
Laki-laki
17/07/2005
8 th 4 bln
25
119,2
17,6
Normal
17
Fatimah A
Perempuan
26/12/2007
5 th 11 bln
23
125,1
14,7
Normal
18
Nevin Shera A
Laki-laki
18/05/2005
8 th 6 bln
25
122,5
16,7
Normal
19
Alvin Rifki H
Laki-laki
22/04/2005
8 th 7 bln
23
122,8
15,3
Normal
20
Af’Idah F A
Perempuan
10/07/2004
9 th 4 bln
22
126,9
13,7
Kurus
21
Agsel Darma S
Laki-laki
04/02/2005
8 th 9 bln
21
120,2
14,5
Normal
22
Annisa N U F
Perempuan
28/07/2005
8 th 3 bln
31
124,8
19,9
Gemuk
23
Arum Sekar L
Perempuan
04/05/2005
8 th 6 bln
25
125,5
15,8
Normal
24
Bima A R
Laki-laki
10/09/2005
8 th 2 bln
22,5
120,6
15,4
Normal
25
Daffa F F
Laki-laki
17/07/2005
8 th 4 bln
19
113
14,8
Normal
26
Destiva N A
Perempuan
12/07/2004
9 th 4 bln
19,5
116
14,4
Normal
27
Faris J
Laki-laki
09/04/2005
8 th 7 bln
39
126,3
24,4
Gemuk
28
Fauzan A G
Laki-laki
05/05/2004
9 th 6 bln
21
126,7
13,0
Kurus
29
Lathifah R N
Perempuan
26/08/2005
8 thn 3 bln
18,5
118
13,2
Kurus
30
M Eka P
Laki-laki
17/05/2005
8 th 6 bln
38
131,4
22,0
Gemuk
31
M Rafi M
Laki-laki
19/07/2005
8 th 4 bln
24
128,7
14,5
Normal
32
Nana A H M
Perempuan
19/09/2005
8 th 2 bln
23,5
123,6
15,3
Normal
33
Qoimah I B
Perempuan
02/02/2005
8 th 9 bln
21
124
13,6
Normal
34
M Anwar
Laki-laki
28/06/2006
7 th 4 bln
30,5
140,5
15,5
Normal
35
Uswatun K
Perempuan
04/05/2005
8 th 6 bln
20,5
122,7
13,6
Normal
36
Zakia Ayu A
Perempuan
10/12/2004
8 th 11 bln
29
133,5
16,2
Normal
37
Zahrina W
Perempuan
06/11/2004
9 th 0 bln
24,5
128,1
14,9
Normal
38
Zuhriah M R
Perempuan
31/10/2005
8 th 0 bln
22
118,6
15,6
Normal
39
M Izzudin A F
Laki-laki
16/01/2005
8 th 10 bln
22,5
129
13,5
Kurus

B. PEMBAHASAN
       Status gizi merupakan suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan makanan. Status gizi seseorang dapat diukur menggunakan metode antropometri, dimana metode ini dapat mengetahui adanya gangguan pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seseorang. Pengukuran antropometri yang sering digunakan adalah pengukuran berat badan dan tinggi badan.
       Pada tanggal 22 November 2013, kami melakukan pengukuran antropometri di MI Muhammadiyah Gonilan dengan sampel siswa kelas 3A dan 3B sebanyak 39 siswa. Pengukuran antropometri yang kami lakukan meliputi penimbangan berat badan menggunakan timbangan injak (bathroom scale) dan pengukuran tinggi badan menggunakan microtoice. Dari data hasil pengukuran tersebut, kami mendapatkan hasil bahwa
  1. 69,23% anak memiliki IMT antara 14,2 -17,7  yang termasuk dalam kategori status gizi normal.
  2. 15,38 % anak memiliki IMT antara 19,9 - 24,5 yang termasuk dalam kategori status gizi gemuk.
  3. 15,38% anak memiliki IMT antara 12,0 - 13,7  yang termasuk dalam status gizi kurus.
       Gizi kurus pada anak sekolah dapat disebabkan oleh pola makan yang tidak teratur ataupun konsumsi makanan yang tidak baik. Jika konsumsi makanan yang diberikan pada anak sedikit atau kurang baik dalam kualitas ataupun kuantitas akan memberikan dampak yang tidak baik pula pada kesehatan anak. Faktor lain yang menyebabkan anak kekurangan gizi adalah adanya infeksi dan penyakit yang ditularkan. Anak-anak biasanya mudah tertular penyakit serta sering mengalami infeksi yang umumnya dikarenakan kegiatan yang sangat aktif dan di tempat yang sembarangan.
       Gizi lebih yang dimiliki siswa-siswi MI Muhammadiyah, dapat disebabkan karena konsumsi makanan yang berlebihan dan zat gizi yang lebih sehingga berdampak pada postur tubuh yang lebih atau gemuk.


Untuk mengatasi anak yang mengalami gizi lebih ini bisa dilakukan dengan mengurangi konsumsi makanan pada anak, agar memiliki berat badan yang ideal. Peran orangtua juga sangat diperlukan dalam mengatur pola makan pada anak agar mendapat gizi seimbang, tidak memberikan uang jajan berlebih, karena makanan/jajanan yang di konsumsi anak-anak sekolah belum tentu sehat dan bergizi untuk tubuh anak itu sendiri. Selain itu orangtua sebaiknya memberikan penjelasan kepada anak mengenai makanan apa saja yang boleh untuk mereka konsumsi selama anak berada di sekolah.
Kesulitan yang kami alami pada pengukuran antropometri di MI Muhammadiyah Gonilan ini adalah adanya beberapa siswa yang sulit untuk diatur saat akan pengukuran dan penimbangan, seperti susah diminta untuk berdiri tegap. Hal seperti ini yang kemungkinan akan menimbulkan data yang kurang valid.


















BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Dari hasil pengukuran antropometri pada 39 siswa/siswi di MI Muhammadiyah Gonilan, kami mendapatkan hasil bahwa persentase siswa/siswi yang tergolong dalam gizi normal sebanyak 69,23%, 15,38% tergolong dalam gizi kurus, dan 15,38% tergolong dalam gizi lebih.
2. Dari hasil pengukuran pada 39 siswa/siswi, kami mendapatkan rata-rata berat badan sebesar 24,54 kg.
3. Dari hasil pengukuran pada 39 siswa/siswi, kami mendapatkan rata-rata tinggi badan sebesar 123,36 cm.
4. Dari hasil pengukuran pada 39 siswa/siswi, kami mendapatkan rata-rata IMT sebesar 16,00.

B. SARAN
1. Kepada pihak sekolah, hendaknya memperhatikan jenis makanan yang dijual di lingkungan sekolah. Selain itu, sebaiknya memberikan penjelasan kepada para penjual yang terindikasi menjual makanan yang berbahaya bagi kesehatan anak, seperti makanan yang mengandung pewarna dan pemanis buatan agar tidak menjual lagi makanan tersebut.
2. Kepada pihak orangtua siswa, hendaknya memberikan makanan yang bergizi kepada anak, memberikan penjelasan kepada anak mengenai makanan yang menyehatkan, dan lebih baik orangtua membawakan bekal    makanan dari rumah, sehingga anak tidak jajan sembarangan di sekolah.