HALAMAN
PENGESAHAN
1. Judul :
Laporan Praktek Lapangan Penilaian Status Gizi di MI
Muhammadiyah Gonilan.
2. Nama Kelompok : 1. Azmia Tria Maulida Sanath
2. Kartika Rohmah Hidayati
3. Nur Hasanah Itsnaini
4. Fietras Nastiti
5. Effa Nurmadiani
6. Fara Ida Umami
3.Tempat Turun
Lapang : MI Muhammadiyah Gonilan
Kartasura Sukoharjo
4. Waktu Turun
Lapang : 22 November 2013
Kepala Sekolah Pengampu
Pamuji Raharjo, S.
Pd.I, M. Pd
Dyah Umi Wakhidah, S.Gz
Kaprodi Gizi
Dwi Sarbini, SST.,M.Kes
DAFTAR ISI
HALAMAN
PENGESAHAN…………………………………………………………..………..i
KATA
PENGANTAR………………………………………………………………………..….ii
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………………….iii
BAB
I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………..……...………………………………………………………..1
B.Tujuan……………………………………………………………………………….…..2
C.
Manfaat………………………………………………………………………………...2
BAB
II: LANDASAN TEORI
A.
Pengertian Anak Sekolah………………………………………………………............3
B.
Karakteristik Anak Sekolah………………………………………………………........4
C.
Status Gizi………………………………………………………………………….......4
D.
Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Anak Sekolah……………………………....5
E.
Penilaian Status Gizi…………………………………………………………………...7
F.
Jenis dan Parameter Penilaian Status Gizi………………………………………….....11
BAB
III: METODE PENILAIAN STATUS GIZI
A.
Pengukuran Berat Badan……………………………………………………...............13
B.
Pengukuran Tinggi Badan……………………………………………………........….14
BAB
IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil………………………………………………………………………..................15
B.
Pembahasan…………………………………………………………………...............16
BAB
V: PENUTUPAN
A.
Kesimpulan……………………………………………………...................................18
B.
Saran………………………………………………………………….........................18
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………...…………………………...iv
LAMPIRAN
KATA
PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah
SWT atas segala rahmat, hidayah, serta inayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan praktikum Penilaian Status Gizi yang berjudul
“Pengukuran Antropometri Untuk
Mengetahui Status Gizi Siswa MI Muhammadiyah Gonilan” dengan
baik tanpa suatu halangan yang berarti.
Ucapan
terimakasih kami sampaikan kepada:
1.
Ibu Dyah
Umi selaku dosen pengampu Praktikum Penilaian Status Gizi yang telah memberikan
banyak bimbingan dan arahan kepada kami.
2.
Kepala Sekolah beserta guru-guru MI Muhammadiyah Gonilan yang telah membantu
pelaksanaan kegiatan ini.
3.
Siswa siswi MI Muhammadiyah Gonilan yang telah ikut berpartisipasi dalam
pelaksanaan kegiatan ini.
4.
Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Gizi yang telah memberikan masukan kepada
kami.
5.
Ayah dan Ibu yang telah memberikan bantuan moril, materil, arahan, dan selalu
mendo’akan keberhasilan serta kemudahan dalam penulisan laporan ini.
6.
Semua pihak yang telah membantu serta memberikan saran dan dukungan kepada kami.
Akhirnya, dengan segala kerendahan
hati kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan, sehingga kami
mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan laporan
ini.
Surakarta,
Januari 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Gizi merupakan komponen yang sangat dibutuhkan seorang anak
untuk peningkatan pertumbuhan dan perkembangannya, terutama pada masa usia
sekolah. Upaya Peningkatan
kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini. Tumbuh dan
berkembangnya anak usia sekolah yang optimal
tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik
serta benar. Anak sekolah pada umumnya
berada dalam masa pertumbuhan yang sangat cepat dan aktif, pengaturan
makanan yang bergizi baik, seimbang dan beraneka ragam jenis akan memastikan
kecukupan gizinya.
Diusia sekolah
dasar, anak-anak sudah mulai mendapatkan uang aku yang dapat digunakan
untuk membeli makanan jajanannya sendiri. Anak-anak sudah dapat melakukan
pemilihan terhadap makanan yang mereka konsumsi. Apabila anak tidak dibekali
dengan pemahaman yang baik mengenai pangan
jajanan sehat dapat menyebabkan anak mengalami
“foodborne disease” karena banyaknya makanan jajanan sekolah yang tidak
memenuhi syarat kesehatan.
Anak merupakan salah
satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu mendapat perhatian
khusus. Adanya peningkatan dan perbaikan kualitas hidup anak merupakan salah
satu upaya yang penting bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Kualitas hidup
anak dapat dilihat kesehatannya melalui keadaan status gizi yang baik dan
merupakan salah satu indikator pembangunan. Status gizi anak merupakan satu
dari delapan tujuan yang akan dicapai dalam Millenium Development Goals (MDGs)
2015 yang di adopsi dari PBB Tahun 2000 (Todaro,2005).
Indikator
pertumbuhan dapat dilihat dari berat badan menurut umur (BB/U), berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB) dan tinggi badan menurut umur (TB/U) sebagai alat
untuk penilaian status gizi anak serta indeks massa tubuh (IMT/U). Indikator
status gizi dapat menyebabkan keadaan kekurangan gizi pada anak yaitu berat
badan kurang (underweight), pendek (stunting), dan kurus (wasting). (WHO,
2005).
Berdasarkan
penelitian, di provinsi Jawa Tengah prevalensi status gizi umur 6-12 tahun
(TB/U) adalah 14,9% termasuk kategori sangat pendek, 19,2% termasuk kategori
pendek dan 65,95 termasuk kategori normal. Menurut jenis kelamin, prevalensi
kependekan pada anak laki-laki lebih tinggi yaitu 36,5% dari pada anak
perempuan yaitu 34,5%. Sedangkan menurut tempat tinggal, prevalensi anak
kependekan di daerah perkotaan sebesar 29,3% lebih rendah pada anak pedesaan
yaitu 41,5%. (Riskesdas 2010). Kelompok anak sekolah merupakan salah satu
segmen penting di masyarakat dalam upaya peningkatan pemahaman dan kesadaran
gizi sejak dini. Anak sekolah merupakan sasaran strategi dalam perbaikan gizi
masyarakat dan merupakan generasi penerus tumpuan bangsa sehingga perlu
disiapkan dengan baik kualitasnya. (Depkes RI, 2001).
B.
TUJUAN
1. Tujuan Umum
1.1. Mengetahui status gizi anak usia sekolah dasar di MI Muhammadiyah Gonilan.
2. Tujuan Khusus
2.1.
Mengetahui berat badan anak usia sekolah dasar di MI Muhammadiyah Gonilan.
2.2.
Mengetahui tinggi badan anak usia sekolah dasar di MI Muhammadiyah Gonilan.
2.3. Mengetahui
Indeks Massa Tubuh (IMT) anak usia sekolah dasar di MI Muhammadiyah Gonilan.
C.
MANFAAT
Laporan ini kami harapkan bermanfaat bagi
pihak-pihak sebagai berikut:
1. Mahasiswa
Bagi mahasiswa, laporan ini bisa
menjadi bahan masukan bahwa materi gizi untuk anak usia sekolah sangat
dibutuhkan untuk menjadi seorang ahli gizi yang memiliki wawasan luas.
2. Masyarakat
Bagi
masyarakat, khususnya untuk para ibu atau orangtua, lebih memperhatikan gizi anaknya,
terutama yang masih berusia sekolah yang sangat membutuhkan asupan gizi yang
banyak untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
PENGERTIAN ANAK SEKOLAH
Menurut
Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya
sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai
bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua
mereka, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah merupakan masa anak
memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada
kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu.
Anak
sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun,memiliki fisik lebih kuat
mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua.
Biasanya pertumbuhan anakputri lebihcepat dari pada putra. Kebutuhan gizi anak
sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan pemeliharaan jaringan.
Anak sekolah biasanya banyak memiliki aktivitas bermain yang menguras banyak
tenaga, dengan terjadi ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan keluar,
akibatnya tubuh anak menjadi kurus. Untuk mengatasinya harus mengontrol waktu
bermain anak sehingga anak memiliki waktu istirahat cukup (Moehji, 2003)
Masalah gizi (malnutrition) adalah
gangguan pada beberapa segi kesejahteraan perorangan dan atau masyarakat yang
disebabkan oleh tidak terpenuhinya
kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Masalah gizi berkaiatan
erat dengan masalah pangan. Masalah pangan antara lain menyangkut ketersediaan
pangan dan kerawanan konsumsi pangan yang dipengaruhi oleh kemiskinan,
rendahnya pendidikan dan adat/kepercayaan yang terkait dengan tabumakanan.
Sementara, permasalahan gizi tidak hanya terbatas pada kondisi kekurangan gizi
saja melainkan tercakup pula kondisi kelebihan gizi.
Di beberapa daerah pada sekelompok
masyarakat Indonesia terutama di kota-kota besar, masalah kesehatan masyarakat
utama justru dipicu dengan adanya kelebihan gizi, meledaknya kejadian obesitas
di beberapa daerah di Indonesia akan mendatangkan masalah baru yang mempunyai
konsekuensi yang serius bagi pembangunan bangsa Indonesia khususnya di bidang
kesehatan. Dengan kata lain, masih tingginya prevalensi kurang gizi di beberapa
daerah dan meningkatnya prevalensi obesitas yang dramatis di beberapa daerah
yang lain akan menambah beban yang lebih komplek dan harus dibayar mahal oleh
bangsa Indonesia dalam upaya pembangunan bidang kesehatan, sumber daya manusia
dan ekonomi (Hadi, 2005).
B.
KARAKTERISTIK ANAK SEKOLAH
Anak sekolah biasanya banyak
memiliki aktivitas bermain yang menguras banyak tenaga, dengan terjadi
ketidakseimbangan antara energy yang masuk dan keluar. Akibatnya tubuh anak
menjadi kurus. Untuk mengatasinya harus mengontrol waktu bermain anak sehingga
anak memiliki waktu istirahat cukup (Moehji,2003).
Karakteristik
anak sekolah meliputi :
1)
Pertumbuhan
tidak secepat bayi
2)
Gigi
merupakan gigi susu yang tidak permanen
3)
Lebih aktif
memilih makanan yang disukai
4)
Kebutuhan
energi tinggi karena aktivitas meningkat
5)
Pertumbuhan
lambat
6)
Pertumbuhan
meningkat lagi pada masa pra remaja
C.
STATUS GIZI
Status gizi adalah ukuran
keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat
badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status
kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan
nutrien.
Penelitian status gizi merupakan
pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwatat
diit (Beck, 2000).
Status gizi adalah suatu keadaan
tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan
kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari variabel pertumbuhan, yaitu
berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, dan
panjang tungkai (Gibson,1990).
Didalam tubuh, zat gizi memiliki
fungsi sebagai:
a.
Memberi energi
Zat-
zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein.
Oksidasi zat- zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk
melakukan kegiatan/ aktivitas. Ketiga zat gizi terdapat dalam jumlah paling banyak
dalam bahan pangan. Dalam fungsi sebagai zat pemberi energi, ketiga zat gizi
tersebut dinamakan zat pembakar.
b.
Pertumbuhan dan Pemeliharaan Jaringan Tubuh
Protein,
mineral, dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Oleh karena itu, diperlukan
untuk membentuk sel-sel baru, memelihara, dan mengganti sel-sel yang rusak.
Dalam fungsi ini ketiga zat gizi tersebut dinamakan zat pembangun.
c.
Mengatur Proses Tubuh
Protein, mineral, air dan vitamin
diperlukan untuk mengatur proses tubuh. Protein mengatur keseimbangan air di
dalam sel, bertindak sebagai buffer dalam upaya memelihara netralitas tubuh dan
membentuk antibodi sebagai penangkal organisme yang bersifat infektif. (Almatsier,
2009).
D.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI ANAK SEKOLAH
1.
Faktor Langsung
a.
Konsumsi Makanan
Keadaan
keseimbangan gizi tergantung dari tingkat konsumsi kualitas hidangan yang
menunjukan quantum suatu zat gizi terhadap kebutuhan hidup. Bila susunan hidangan
kebutuhan tubuh baik dari sudut
kuantitas, maka tubuh akan mendapatkan kesehatan gizi sebaik – baiknya.
Sebaliknya, konsumsi yang kurang baik
dalam kualitas maupun kuantitas akan memberi dampak kesehatan pangan dan gizi
yang baik ditentukan oleh terciptanya keseimbangan antara banyaknya jenis zat
gizi yang dikonsumsi dengan banyaknya zat yang dibutuhkan tubuh.
b.
Infeksi
Infeksi
biasa berhubungan deangan gangguan gizi. Infeksi sendiri mengakibatkan si
penderita kehilangan bahan makanan melalui muntah-muntah dan diare. Selain itu
juga penghancuran jaringan tubuh akan mengikat karena dipakai untuk pembentukan
protein atau enzim- enzim yang diperlukan dalam usaha pertahanan tubuh.
Gangguan gizi dan infeksi sering bekerja secara sinergis, infeksi akan
memperburuk kemampuan seseorang untuk mengatasi penyakit infeksi. Zat gizi dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh
kembang guna mencapai hasil yang optimal sesuai dengan kebutuhan.
2. Faktor
tidak langsung
a.
Pengetahuan
Pengetahuan
adalah konsep didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya
yang berbeda sekali dengan kepercayaan, takhayul dan penerangan – penerangan
yang keliru. Pengetahuan bertujuan untuk mendapatkan kepastian serta menghilangkan
ketidakpastian dan adanya kepercayaan – kepercayaan yang tidak dapat dibuktikan
kebenaranya.
Pengetahuan
gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan dan konsumsi sehari – hari dengan
baik dan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh.
Pemilihan dan konsumsi bahan makanan berpengaruh terhadap status gizi
seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi apabila tubuh
memperoleh cukup zat gizi yang dibutuhkan tubuh.
Status
gizi kurang terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi
essential. Sedangkan status gizi lebih terjadi apabila tubuh memperoleh zat
gizi dalam jumlah yang berlebihan, sehingga menimbulkan efek yang membahayakan.
(Almatsier, 1989). Dalam hal ini pengetahuan orangtualah yang berperan dalam
status gizi anak.
b. Pendidikan
Pendidikan
adalah usaha yang dilakaukan secara sadar, sengaja, sistematis, dan terencana
oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa yang merupakan bimbingan,
pertolongan, dan kepemimpinan dengan tujuan agar anak dapat mencapai tingkat kedewasaan
jasmani dan rohani.
E.
PENILAIAN STATUS GIZI
Penilaian status gizi dapat
dinilai secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung
dapat dibagi menjadi empat yaitu (Supariasa, 2001) :
a.
Antropometri
Secara
umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang
gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri
secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein energi. Ketidakseimbangan
ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti
lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa, 2001).
Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu:
(1). Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter
yang memberikan gambaran masa tubuh.
Masa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan yang mendadak. Berat
badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Sehingga indeks BB/U
lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini.
Kelebihan indeks BB/U adalah :
a)
Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat
umum
b)
Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis
c)
Berat badan dapat berfluktuasi
d)
Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil
e)
Dapat mendeteksi kegemukan
Kelemahan indeks BB/U adalah :
a). Dapat mengakibatkan intrepretasi status gizi yang
keliru bila terdapat edema
maupun acites.
b). Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan
tradisional, umur sering sulit untuk
ditaksir
secara tepat karena pencatatan umur yang belum baik.
c). Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk
anak dibawah usia lima tahun.
d). Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti
pengaruh pakaian atau gerakan
anak pada
saat penimbangan.
e). Secara operasional sering mengalami hambatan karena
masalah sosial budaya
setempat.
(2). Tinggi Badan
Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri
yang menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan
umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relative kurang
sensitive terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh
defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif
lama.
Berdasarkan karakteristik tersebut
di atas, maka indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu. Beaton dan Bengoa
(1973) menyatakan bahwa indeks TB/U di samping memberikan gambaran status gizi
masa lampau, juga lebih erat kaitannya dengan status social ekonomi.
Keuntungan indeks TB/U adalah :
a). Baik untuk menilai status gizi masa lampau.
b). Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan
mudah dibawa.
Kelemahan indeks TB/U adalah :
a). Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak
mungkin turun.
b). Pengukuran relative sulit dilakukan karena anak
harus berdiri tegak, sehingga
diperlukan
dua orang untuk melakukannya.
c). Ketepatan umur sulit didapat.
(3). Berat Badan
Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang
linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan
searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Jeliffe pada
tahun 1966 telah memperkenalkan indeks ini untuk mengidentifikasi status gizi.
Indeks BB/TB merupakan indicator yang baik untuk menilai status gizi saat kini
(sekarang). Indeks BB/TB adalah merupakan indeks yang independen terhadap umur.
Berdasarkan sifat-sifat tersebut, indeks BB/TB
mempunyai beberapa keuntungan dan kelemahan, seperti yang diuraikan di bawah
ini :
Keuntungan indeks BB/TB adalah :
a). Tidak memerlukan data umur
b). Dapat membedakan proporsi badan
(gemuk, normal dan kurus)
Kelemahan indeks BB/TB adalah :
a). Tidak dapat menggambarkan apakah anak tersebut pendek,
cukup tinggi badan atau
kelebihan tinggi
badan menurut umurnya.
b). Dalam
praktek sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang,
tinggi
badan pada kelompok balita.
c). Membutuhkan
dua macam alat ukur.
d). Pengukuran
relative lebih lama.
e). Membutuhkan
dua orang untuk melakukannya.
f). Sering
terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran, terutama bila
dilakukan oleh kelompok non-profesional.
b.
Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode
yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan
atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan
zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut
dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti
kelenjar tiroid.
Penggunaan
metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat.survei ini dirancang untuk
mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau
lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi
seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda dan gejala atau
riwayat penyakit (Supariasa, 2001).
c. Biokimia
Penilaian status
gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen
yang diuji secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan
tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja, dan juga
beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot (Supariasa, 2001). Metode ini
digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi
yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka
penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan
gizi yang spesifik (Supariasa, 2001).
d. Biofisik
Penentuan
status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat
kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan stuktur dari
jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta
senja epidemik.
Penilaian Status Gizi secara tidak langsung dibagi
menjadi tiga, yaitu (Supariasa, 2001):
1) Survei
Konsumsi makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode
penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat
gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat membetrikan gambaran
tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu.
Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.
2)
Statistik Vital
Pengukuran
status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa
statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur. Angka kesakitan
dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan
gizi.
3) Faktor
Ekologi.
Bengoa
mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi
beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang
tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan
lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui
penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program
intervensi gizi.
F.
JENIS DAN PARAMETER PENILAIAN STATUS GIZI
Parameter status gizi adalah ukuran yang menjadi
patokan dalam menentukan status gizi seseorang. Ada beberapa parameter yang
dapat digunakan dalam menilai status gizi seseorang, salah satunya adalah
dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan antropometri.
a. Umur
Umur sangat memegang
peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan
interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun
tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan
penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah
adanyakecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun;
2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat.
Ketentuannya adalah1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi
perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak
diperhitungkan. ( Depkes, 1994)
b. Berat
Badan
Berat
badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan,
termasuk cairan tubuh. Berat badan merupakan pengukuran yang terpenting pada
bayi baru lahir. Dan hal ini digunakan untuk menentukan apakah bayi termasuk
normal atau tidak (Supariasa, 2002). Berat badan merupakan hasil peningkatan /
penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh antara tulang, otot, lemak, cairan
tubuh.
Parameter ini yang paling baik untuk
melihat perubahan yang terjadi dalam waktu singkat karena konsumsi makanan dan
kondisi kesehatan (Soetjiningsih, 1998).
c. Tinggi
Badan
Tinggi badan merupakan bagian dari ukuran antropometri kedua yang cukup penting. Keistimewaannya
bahwa ukuran tinggi badan akan meningkat terus pada waktu pertumbuhan sampai
mencapai tinggi yang optimal. Di samping itu tinggi badan dapat dihitung dengan
dibandingkan berat badan dan dapat mengesampingkan umur. Tinggi badan
memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering
dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu
terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi
pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk indeks TB/U (tinggi
badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan)
jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya
dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran
keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang
menahun ( Depkes RI, 1994)
BAB III
METODE PENILAIAN STATUS
GIZI
A.
PENGUKURAN BERAT BADAN (BB)
Berat badan
merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk
cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik
karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan
yang menurun. Berat badan ini
dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau
melakukan penilaian dengam melihat perubahan
berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya
memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena
hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur,
tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari
waktu ke waktu (Djumadias, Abunain, 1990).
Berat badan mencerminkan jumlah
protein, lemak, air, dan massa mineral tulang dalam tubuh. Pada
pengukuran antropometri di sekolah dasar, berat badan ditimbang menggunakan
timbangan injak (bathroom scale).
Nama Alat : Timbangan Injak (bathroom scale)
Kapasitas : 120 kg
Ketelitian : 0,1 kg
Cara penggunaan timbangan injak (bathroom scale):
1. Meletakkan timbangan di lantai yang datar
sehingga tidak mudah bergerak
2. Melihat posisi jarum atau angka menunjuk angka nol/ menerakan timbangan
3. Meminimalkan pakaian yang dipakai anak (melepaskan jaket, sepatu, topi, dan aksesoris
2. Melihat posisi jarum atau angka menunjuk angka nol/ menerakan timbangan
3. Meminimalkan pakaian yang dipakai anak (melepaskan jaket, sepatu, topi, dan aksesoris
yang
digunakan oleh anak)
4. Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi
5. Melihat jarum timbangan sampai berhenti.
6. Membaca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan
4. Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi
5. Melihat jarum timbangan sampai berhenti.
6. Membaca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan
B.
PENGUKURAN TINGGI BADAN (TB)
Tinggi
badan memberikan gambaran fungsi
pertumbuhan yang dilihat dari keadaan
kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa
lalu terutama yang berkaitan dengan
keadaan berat badan lahir rendah
dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks
TB/U (tinggi badan menurut umur), atau juga
indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan)
jarang dilakukan karena perubahan tinggi
badan yang lambat dan biasanya
hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya
memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat
tidak sehat yang menahun (Depkes
RI, 2004). Tinggi badan pada prinsipnya adalah mengukur
jaringan tulang skeletal yang terdiri dari kaki, punggung, tulang belakang dan
tulang tengkorak. Pada pengukuran antropometri di sekolah dasar, tinggi badan
diukur menggunakan alat yang disebut microtoice.
Nama Alat : Microtoice
Kapasitas : 200 cm
Ketelitian : 0,1 cm
Cara
menggunakan microtoice adalah:
1. Memilih tempat dengan dinding vertical (sedapat
mungkin 90 derajat) dan permukaan
lantai
yang horizontal (180 derajat).
2. Meletakan microtoice di lantai dan menarik pita
centimeter ke atas sepanjang dinding
sampai
angka “0” muncul dan persis pada penunjuk angka microtoice.
3. Memasang ujung microtoice pada dinding dengan lakban.
4. Memeriksa kembali alat penunjuk angka pada
microtoice di lantai apakah masih
menunjukan
angka “0”.
5. Meminimalkan pakaian yang dipakai anak (melepaskan
sepatu, sandal, topi)
6. Menggeser mikrotoice sampai menyentuh tepat pada
bagian atas kepala dan memastikan
sisi
mikrotoice tetap menempel rapat ke dinding.
7. Membaca penunjukan mikrotoice dengan pembacaan
dilakukan dari arah depan tegak
lurus
dengan mikrotoice .
8. Mencatat hasil pengukuran tinggi badan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
HASIL
No
|
Nama
|
Jenis Kelamin
|
Tanggal Lahir
|
Umur
|
BB (kg)
|
TB (cm)
|
IMT
|
Kategori
Status Gizi
|
1
|
Abdhul
Aziz
|
Laki-laki
|
19/01/2005
|
8
th 10 bln
|
33
|
124,9
|
21,1
|
Gemuk
|
2
|
Arrizal
P A
|
Laki-laki
|
23/03/2005
|
8
th 8 bln
|
20
|
116,5
|
14,7
|
Normal
|
3
|
Ahlam
A M
|
Laki-laki
|
04/06/2004
|
9
th 5 bln
|
33
|
119,8
|
22,9
|
Gemuk
|
4
|
Bagas
Yoga P
|
Laki-laki
|
09/10/2004
|
9
th 1 bln
|
28
|
125,6
|
17,7
|
Normal
|
5
|
Bima
Arya S
|
Laki-laki
|
07/04/2005
|
8
th 7 bln
|
24
|
125
|
15,3
|
Normal
|
6
|
Daffa
F R
|
Laki-laki
|
15/05/2005
|
8
th 6 bln
|
25
|
126
|
15,7
|
Normal
|
7
|
Desliza
Ayu A
|
Perempuan
|
08/03/2005
|
8
th 8 bln
|
17
|
115,2
|
12,8
|
Kurus
|
8
|
Dobbi
A S
|
Laki-laki
|
10/07/2005
|
8
th 4 bln
|
16
|
115,3
|
12,0
|
Kurus
|
9
|
Ega
P N H
|
Laki-laki
|
28/02/2005
|
8
th 8 bln
|
24
|
129,9
|
14,2
|
Normal
|
10
|
Hanifatul
J
|
Perempuan
|
27/11/2004
|
8
th 11 bln
|
40
|
127,7
|
24,5
|
Gemuk
|
11
|
Haris
R T
|
Laki-laki
|
05/04/2005
|
8
th 7 bln
|
22
|
124,4
|
14,2
|
Normal
|
12
|
M
Lastiko P
|
Laki-laki
|
10/11/2005
|
8
th 0 bln
|
20
|
113,4
|
15,5
|
Normal
|
13
|
Rafa
A A
|
Laki-laki
|
13/01/2005
|
8
th 10 bln
|
25
|
127,4
|
15,4
|
Normal
|
14
|
Sarah
A A
|
Perempuan
|
22/06/2005
|
8
th 5 bln
|
20
|
117,4
|
14,5
|
Normal
|
15
|
M
Ilham A F
|
Laki-laki
|
19/06/2005
|
8
th 5 bln
|
20
|
114,8
|
15,1
|
Normal
|
16
|
Habib
M F N
|
Laki-laki
|
17/07/2005
|
8
th 4 bln
|
25
|
119,2
|
17,6
|
Normal
|
17
|
Fatimah
A
|
Perempuan
|
26/12/2007
|
5
th 11 bln
|
23
|
125,1
|
14,7
|
Normal
|
18
|
Nevin
Shera A
|
Laki-laki
|
18/05/2005
|
8
th 6 bln
|
25
|
122,5
|
16,7
|
Normal
|
19
|
Alvin
Rifki H
|
Laki-laki
|
22/04/2005
|
8
th 7 bln
|
23
|
122,8
|
15,3
|
Normal
|
20
|
Af’Idah
F A
|
Perempuan
|
10/07/2004
|
9
th 4 bln
|
22
|
126,9
|
13,7
|
Kurus
|
21
|
Agsel
Darma S
|
Laki-laki
|
04/02/2005
|
8
th 9 bln
|
21
|
120,2
|
14,5
|
Normal
|
22
|
Annisa
N U F
|
Perempuan
|
28/07/2005
|
8
th 3 bln
|
31
|
124,8
|
19,9
|
Gemuk
|
23
|
Arum
Sekar L
|
Perempuan
|
04/05/2005
|
8
th 6 bln
|
25
|
125,5
|
15,8
|
Normal
|
24
|
Bima
A R
|
Laki-laki
|
10/09/2005
|
8
th 2 bln
|
22,5
|
120,6
|
15,4
|
Normal
|
25
|
Daffa
F F
|
Laki-laki
|
17/07/2005
|
8
th 4 bln
|
19
|
113
|
14,8
|
Normal
|
26
|
Destiva
N A
|
Perempuan
|
12/07/2004
|
9
th 4 bln
|
19,5
|
116
|
14,4
|
Normal
|
27
|
Faris
J
|
Laki-laki
|
09/04/2005
|
8
th 7 bln
|
39
|
126,3
|
24,4
|
Gemuk
|
28
|
Fauzan
A G
|
Laki-laki
|
05/05/2004
|
9
th 6 bln
|
21
|
126,7
|
13,0
|
Kurus
|
29
|
Lathifah
R N
|
Perempuan
|
26/08/2005
|
8
thn 3 bln
|
18,5
|
118
|
13,2
|
Kurus
|
30
|
M
Eka P
|
Laki-laki
|
17/05/2005
|
8
th 6 bln
|
38
|
131,4
|
22,0
|
Gemuk
|
31
|
M
Rafi M
|
Laki-laki
|
19/07/2005
|
8
th 4 bln
|
24
|
128,7
|
14,5
|
Normal
|
32
|
Nana
A H M
|
Perempuan
|
19/09/2005
|
8
th 2 bln
|
23,5
|
123,6
|
15,3
|
Normal
|
33
|
Qoimah
I B
|
Perempuan
|
02/02/2005
|
8
th 9 bln
|
21
|
124
|
13,6
|
Normal
|
34
|
M
Anwar
|
Laki-laki
|
28/06/2006
|
7
th 4 bln
|
30,5
|
140,5
|
15,5
|
Normal
|
35
|
Uswatun
K
|
Perempuan
|
04/05/2005
|
8
th 6 bln
|
20,5
|
122,7
|
13,6
|
Normal
|
36
|
Zakia
Ayu A
|
Perempuan
|
10/12/2004
|
8
th 11 bln
|
29
|
133,5
|
16,2
|
Normal
|
37
|
Zahrina
W
|
Perempuan
|
06/11/2004
|
9
th 0 bln
|
24,5
|
128,1
|
14,9
|
Normal
|
38
|
Zuhriah
M R
|
Perempuan
|
31/10/2005
|
8
th 0 bln
|
22
|
118,6
|
15,6
|
Normal
|
39
|
M
Izzudin A F
|
Laki-laki
|
16/01/2005
|
8
th 10 bln
|
22,5
|
129
|
13,5
|
Kurus
|
B.
PEMBAHASAN
Status gizi merupakan suatu
keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan
makanan. Status gizi seseorang dapat diukur menggunakan metode antropometri,
dimana metode ini dapat mengetahui adanya gangguan pertumbuhan fisik dan
proporsi jaringan tubuh seseorang. Pengukuran antropometri yang sering
digunakan adalah pengukuran berat badan dan tinggi badan.
Pada
tanggal 22 November 2013, kami melakukan pengukuran antropometri di MI
Muhammadiyah Gonilan dengan sampel siswa kelas 3A dan 3B sebanyak 39 siswa.
Pengukuran antropometri yang kami lakukan meliputi penimbangan berat badan
menggunakan timbangan injak (bathroom scale) dan pengukuran tinggi badan
menggunakan microtoice. Dari data hasil pengukuran tersebut, kami mendapatkan
hasil bahwa
- 69,23% anak memiliki IMT antara 14,2 -17,7 yang termasuk dalam kategori status gizi normal.
- 15,38 % anak memiliki IMT antara 19,9 - 24,5 yang termasuk dalam kategori status gizi gemuk.
- 15,38% anak memiliki IMT antara 12,0 - 13,7 yang termasuk dalam status gizi kurus.
Gizi kurus pada anak sekolah
dapat disebabkan oleh pola makan yang tidak teratur
ataupun konsumsi makanan yang tidak baik. Jika konsumsi makanan yang diberikan
pada anak sedikit atau kurang baik dalam kualitas ataupun kuantitas akan
memberikan dampak yang tidak baik pula pada kesehatan anak.
Faktor
lain yang menyebabkan anak kekurangan gizi adalah adanya infeksi dan penyakit
yang ditularkan. Anak-anak biasanya mudah tertular penyakit serta sering
mengalami infeksi yang umumnya dikarenakan kegiatan yang sangat aktif dan di
tempat yang sembarangan.
Gizi lebih yang dimiliki siswa-siswi MI
Muhammadiyah, dapat disebabkan karena konsumsi makanan yang berlebihan dan zat
gizi yang lebih sehingga berdampak pada postur tubuh yang lebih atau gemuk.
Untuk mengatasi anak yang mengalami gizi lebih ini bisa dilakukan
dengan mengurangi konsumsi makanan pada anak, agar memiliki berat badan
yang ideal. Peran orangtua juga sangat diperlukan dalam mengatur pola makan
pada anak agar mendapat gizi seimbang, tidak memberikan uang
jajan berlebih, karena makanan/jajanan yang di konsumsi anak-anak
sekolah belum tentu sehat dan bergizi untuk tubuh anak itu sendiri.
Selain itu orangtua sebaiknya memberikan penjelasan kepada anak mengenai
makanan apa saja yang boleh untuk mereka konsumsi selama anak berada di
sekolah.
Kesulitan yang kami alami pada pengukuran antropometri di
MI Muhammadiyah Gonilan ini adalah adanya beberapa siswa yang sulit untuk
diatur saat akan pengukuran dan penimbangan, seperti susah diminta untuk
berdiri tegap. Hal seperti ini yang kemungkinan akan menimbulkan data yang
kurang valid.
BAB
V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1. Dari hasil pengukuran
antropometri pada 39 siswa/siswi di MI Muhammadiyah Gonilan,
kami mendapatkan hasil bahwa
persentase siswa/siswi yang tergolong dalam gizi normal sebanyak 69,23%, 15,38%
tergolong dalam gizi kurus, dan
15,38% tergolong dalam gizi lebih.
2. Dari hasil pengukuran pada 39 siswa/siswi, kami
mendapatkan rata-rata berat badan sebesar 24,54 kg.
3. Dari hasil pengukuran pada 39 siswa/siswi, kami
mendapatkan rata-rata tinggi badan sebesar 123,36 cm.
4. Dari hasil pengukuran pada 39 siswa/siswi, kami
mendapatkan rata-rata IMT sebesar 16,00.
B. SARAN
1.
Kepada pihak sekolah, hendaknya memperhatikan jenis makanan yang dijual di
lingkungan sekolah. Selain itu, sebaiknya memberikan penjelasan kepada para
penjual yang terindikasi menjual makanan yang berbahaya bagi kesehatan anak,
seperti makanan yang mengandung pewarna dan pemanis buatan agar tidak menjual
lagi makanan tersebut.
2.
Kepada pihak orangtua siswa, hendaknya memberikan makanan yang bergizi kepada
anak, memberikan penjelasan kepada anak mengenai makanan yang menyehatkan, dan
lebih baik orangtua membawakan bekal makanan dari rumah,
sehingga anak tidak jajan sembarangan di sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar