FERMENTASI
A.
PENDAHULUAN
Pada kalangan masyarakat awam, bakteri identik dengan
sumber penyakit.
Banyak yang mengira bahwa bakteri adalah kuman yang merusak makanan,
mengakibatkan keracunan, atau membuat kita sakit. Akan tetapi, bakteri yang
berbahaya tersebut hanyalah satu sisi dari kehidupan bakteri.
Banyak
dari mereka yang tidak berbahaya,dan beberapa manfaatnya memegang peranan penting
dalam pengembangan bioteknologi pangan yaitu fermentasi.Fermentasi
merupakan kegiatan mikrobia pada bahan pangan sehingga dihasilkan produk yang
dikehendaki. Mikrobia yang umumnya terlibat dalam fermentasi adalah bakteri,
khamir dan kapang.(
J.Teknol. dan Industri Pangan, Vol.
XIX No. 2 Th. 2008)
Umbi-umbian merupakan komoditas pertanian yang tersebar luas
di Indonesia. Umbi-umbian merupakan salah satu sumber utama karbohidrat. Umbi
adalah akar tanaman yang telah termodifikasi menjadi organ penyimpan cadangan
makanan. (Desrosier, 1988).
Salah satu macam umbi-umbian adalah singkong. Namun pada
kenyataannya singkong kurang begitu dimanfaatkan. Untuk itu perlu adanya
pemanfaatan singkong agar menjadi makanan yang memiliki nilai gizi yang cukup
tinggi. Singkong dapat disajikan dalam bentuk tape melalui proses fermentasi,
yaitu terjadinya perubahan bahan-bahan organik dari senyawa-senyawa komplek
menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana dengan kerja enzim (Keenan, 1986).
Selain
singkong, beberapa jenis kacang-kacangan juga dapat diolah menjadi bahan
makanan dengan cara fermentasi. Tempe merupakan bahan makanan hasil fermentasi
kacang kedelai atau jenis kacang-kacangan lainnya menggunakan jamur Rhizopus
oligosporus dan Rhizopus oryzae. Di Indonesia pembuatan tempe sudah menjadi
industri rakyat (Francis F. J., 2000
dalam Suharyono A. S. dan
Susilowati, 2006).
Beberapa penelitian
menunjukkanbahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan
dimanfaatkan tubuh. Hal ini
dikarenakan kapang yang
tumbuh pada kedelai
menghidrolisis
senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang
mudah dicerna
oleh manusia (Kasmidjo, 1990).
B. TUJUAN
Untuk mengetahui dan mampu melakukan
proses fermentasi dari biji-bijian dan umbi-umbian.
C. TINJAUAN PUSTAKA
a. Fermentasi
Menurut Buckle (1988), fermentasi
adalah perubahan kimia dalam bahan pangan yang disebabkan oleh enzim-enzim yang
dihasilkan oleh mikroorganisme atau telah ada dalam bahan pangan itu sendiri.
Proses fermentasi tidak hanya menimbulkan efek pengawetan tetapi juga
menyebabkan perubahan tekstur, cita rasa dan aroma bahan pangan yang membuat
produk fermentasi lebih menarik, mudah dicerna dan bergizi .
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses fermentasi,
antara lain adalah sebagai berikut :
a. pH
Mikroba
tertentu dapat tumbuh pada kisaran pH yang sesuai untuk pertumbuhannya. Khamir
dapat hidup pada pH rendah yaitu antara 1-2.
b. Suhu
Suhu
yang digunakan dalam fermentasi akan mempengaruhi mikroba yang berperan dalam
proses fermentasi. Suhu optimal pada proses fermentasi yaitu 35° C dan 40° C.
c. Oksigen
Derajat
an aerobiosis adalah merupakan faktor utama dalam pengendalian fermentasi. Bila
tersedia O2 dalam jumlah besar, maka produksi sel-sel khamir dipacu.
Bila produksi alkohol yang dikehendaki, maka diperlukan suatu penyediaan O2
yang sangat terbatas. Produk akhir dari suatu fermentasi sebagian dapat
dikendalikan dengan tegangan O2 substrat apabila faktor-faktor
lainnya optimum.
d. Substrat
Mikroba
memerlukan substrat yang mengandung nutrisi sesuai dengan kebutuhan untuk
pertumbuhannya.
Menurut Anshori (1989), proses fermentasi alkohol hanya
dapat terjadi apabila terdapat sel-sel khamir. Fermentasi adalah aktivitas
metabolisme mikroorganisme aerobik dan substrat organic yang cukup tinggi.
Fermentasi gula oleh ragi misalnya Saccharomyces cerevisiae dapat
menghasilkan alkohol dan karbondioksida pada tape.
Menurut Wanto dan Arif Subagyo dalam
Maimuna, S (2004) Khamir merupakan fungi
bersel tunggal sederhana, kebanyakan bersifat saprofitik dan biasanya terdapat
dalam tumbuh-tumbuhan yang mengandung
karbohidrat.
Khamir mempunyai kemampuan untuk memecah pangan karbohidrat
menjadi alcohol dan karbondioksida.
Proses ini diketahui sebagai fermentasi alkohol yaitu proses anaerob.
Khamir mempunyai sekumpulan enzim yang
diketahui sebagai zymase yang berperan pada fermentasi senyawa gula, seperti
glukosa menjadi etanol dan karbondioksida. Reaksi yang terjadi dalam fermentasi alkohol sebagai berikut: C6H12O6 2 C2H5OH + 2 CO2
Jika pemberian oksigen berlebihan, sel khamir akan melakukan
respirasi secara aerobik, dalam keadaan
ini enzim khamir dapat memecah senyewa gula lebih sempurna, dan akan dihasilkan karbondioksida dan air. C6H12O5
+ 6 O2 6 CO2 + 6 H2O
Jenis
khamir yang biasa digunakan untuk fermentasi adalah Saccharomyces Cerevisiae.
b. Tempe
Tempe terbuat dari kedelai rebus
yang difermentasi oleh jamur Rhizopus. Selama fermentasi, biji-biji kedelai
terperangkap dalam rajutan miselia jamur membentuk padatan yang kompak berwarna
putih. Penyajian kedelai menjadi tempe adalah unik dibandingkan dengan berbagai
bentuk penyajian sebagai pangan yang lain. Keunikan tersebut ialah karena
sebagai tempe, kedelai dikonsumsi utuh.
Jamur Rhizopus oryzae merupakan
jamur yang sering digunakan dalam pembuatan tempe (Soetrisno, 1996). Jamur
Rhizopus oryzae aman dikonsumsi karena tidak menghasilkan toksin dan mampu
menghasilkan asam laktat (Purwoko dan Pamudyanti, 2004). Jamur Rhizopus oryzae
mempunyai kemampuan mengurai lemak kompleks menjadi trigliserida dan asam amino
(Septiani, 2004). Selain itu jamur Rhizopus oryzae mampu menghasilkan protease
(Margiono, 1992). Menurut Sorenson dan Hesseltine (1986), Rhizopus sp tumbuh
baik pada kisaran pH 3,4-6. Pada penelitian semakin lama waktu fermentasi, pH
tempe semakin meningkat sampai pH 8,4, sehinggajamur semakin menurun karena pH
tinggi kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur.
Secara
umum jamur juga membutuhkan air untuk pertumbuhannya, tetapi kebutuhan air
jamur lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri. Selain pH dan kadar air yang
kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur, jumlah nutrien dalam bahan, juga
dibutuhkan oleh jamur.
Tempe merupakan makanan hasil fermentasi
tradisional berbahan baku kedelai
dengan bantuan jamur Rhizopus oligosporus.
Mempunyai ciri-ciri berwarna putih, tekstur kompak dan flavor spesifik. Warna putih disebabkan adanya
miselia jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai.
Tekstur
yang kompak juga disebabkan oleh miselia-miselia jamur yang menghubungkan
antara biji-biji kedelai tersebut.
Terjadinya degradasi komponen-komponen dalam kedelai dapat menyebabkan terbentuknya flavor spesifik
setelah fermentasi (Kasmidjo, 1990).
Cahyadi
(2006), melaporkan bahwa dalam tempe, kadar nitrogen totalnya sedikit
bertambah, kadar abu meningkat, tetapi kadar lemak dan kadar nitrogen asal
proteinnya berkurang.
c. Tape
Tape merupakan
makanan hasil fermentasi yang dilakukan oleh mikroorganisme, terutama kapang
dan khamir. Rasa manis tape sendiri disebabkan oleh kadar gula dari tape itu
sendiri.
Dalam proses
fermentasi, pati akan berubah menjadi gula oleh kapang jenis Chlamydomucor
dan oleh mikroorganisme ragi Saccaromyces cereviceae dari gula diubah
menjadi alkohol. Saccaromyces cereviceae yang biasanya dijual dipasar
dalam bentuk ragi bercampur tepung beras. Ragi tape yang sering kita jumpai
dipasar merupakan adonan khusus yang dibuat dengan mencampurkan biakan khamir,
tepung beras dan berbagai macam bumbu(kayu manis, bawang putih, laos, dan
jahe). Bumbu-bumbu ini dapat bersifat senyawa anti mikroba yang mampu
mengurangi jumlah mikroba non khamir, sebagai sumber nutrien dan sebagai
pembentuk rasa dan aroma pada produk tape. Kualitas tape sangat tergantung pada
kondisi lingkungan yaitu suhu dan kondisi anaerob, jenis bahan yang digunakan
dan lama fermentasi. Bahan dasar pembuatan tape biasanya digunakan ubi kayu atau
beras ketan.
D. ALAT dan BAHAN
1.
Alat
1) Panci 9) Bunsen
2) Pisau 10)
Korek api
3) Timbangan 11) Plastik
4) Kompor 12) Karet
gelang
5) Nampan 13) Tusuk
gigi
6) Bekker Glass
7) Spatula
8) Timbangan Analitik
2. Bahan
1) Singkong 7)
Ragi tape ( Saccaromices cereviceae)
2) Kacang
Kedelai kuning 8)
Ragi tempe (Rhizopus sp)
3) Kacang
Kedelai hitam
4) Kacang
Hijau
5) Kacang
Tanah
6) Kacang
Tolo
E.
CARA KERJA
1. Pembuatan Tape
Singkong
Menimbang singkong
sebanyak 500 gram
Mengupas dan mencuci
singkong
Memotong singkong
menjadi dadu
Mengukus singkong
selama 20 menit
Mendinginkan singkong
Menimbang singkong
sebanyak 250 gram
Meletakkan singkong
pada nampan
Menginokulasi singkong
dengan ragi tape sebanyak 0,5% b/b (1,25 gram)
Memindahkan singkong
kedalam bekker glass
Menutupi bekker glass
dengan plastic yang dilubangi dengan tusuk gigi
Menginkubasi selama 48
jam pada suhu kamar
Mengamati
warna, aroma, rasa, dan tekstur tape singkong
2.
Pembuatan Tempe
Menimbang kacang
sebanyak 250 gram
Menyortasi dan mencuci
kacang
Merendam kacang selama
12 jam, kemudian ditiriskan
Merebus kacang selama
15 menit
Menguliti dan mencuci
kacang
Mengukus kacang selama
5 menit, kemudian mendinginkannya
Menimbang kacang
sebanyak 250 gram
Menginokulasi kacang
dengan biakan murni Rhizopus sebanyak 0,1% b/b (0,25 gram)
Memasukkan kacang ke
dalam plastic kemudian melubangi plastic dengan tusuk gigi
Menginkubasi selama 24
jam pada sushu kamar
Mengamati
warna, aroma, rasa, dan tekstur tempe
F. HASIL PENGAMATAN
1. Tape
Kel
|
Bahan
|
Gambar
|
Warna
|
Aroma
|
Rasa
|
Tekstur
|
1
|
Singkong
|
Kecoklatan
|
Tape
|
Agak
masam
|
Empuk
|
|
2
|
Singkong
|
Putih
kekuningan
|
Harum
|
Manis
|
Lembut
/lunak
dan berair
|
|
8
|
Singkong
|
Putih
kecoklatan
|
Masam
|
Agak
masam
|
Lembut
|
|
10
|
Singkong
|
Putih kecoklatan
|
Masam
|
Agak
masam
|
Lembut
|
2. Tempe
Kel
|
Bahan
|
Gambar
|
Warna
|
Aroma
|
Rasa
|
Tekstur
|
Kenampakan
|
1
|
Kacang
kedelai hitam
|
Kuning kehitaman
|
Tempe
|
Agak
masam
|
Agak
lembek
|
+
+ +
|
|
2
|
Kacang
kedelai kuning
|
kekuningan
|
aroma
khas tempe
|
tawar
|
agak
keras
|
+
+ +
|
|
3
|
Kacang
tanah
|
kecoklatan
|
kacang
tanah
|
tawar
|
agak
keras
|
+
+
|
|
4
|
Kacang
hijau
|
hijau
|
agak
kecut
|
asam
|
lembek
|
+
+
|
|
5
|
Kacang
kedelai hitam
|
kuning
kehitaman
|
tempe
|
tawar
|
agak
keras
|
+
+ +
|
|
6
|
Kacang
kedelai kuning
|
kuning
kehitaman
|
tempe
|
agak
masam
|
agak
lembek
|
+
+ +
|
|
7
|
Kacang
tolo
|
coklat
kehitaman
|
busuk
|
terkontaminan,
tidak diuji
|
pecah,
tidak kompak
|
+
|
|
8
|
Kacang
tanah
|
kecoklatan
|
kacang
tanah
|
tawar
|
agak
keras
|
+
+
|
|
9
|
Kacang
tolo
|
coklat
kehitaman
|
busuk
|
terkontaminan,
tidak diuji
|
pecah,
tidak kompak
|
+
|
|
10
|
Kacang
hijau
|
hijau
|
tempe
|
agak
pahit
|
empuk
|
+
+
|
Keterangan:
+
+ +: miselium banyak/ kompak
+ + :
miselium agak banyak/ kurang kompak
+ : miselium sedikit/ tidak kompak
G. PEMBAHASAN
Pada
praktikum kali ini kami melakukan fermentasi pembuatan tempe dengan bahan
kacang-kacangan dan pembuatan tape dengan bahan singkong. Kacang-kacangan yang
shift kami gunakan untuk membuat tempe adalah kacang kedelai kuning, kacang
kedelai hitam, kacang hijau, kacang tanah, dan kacang tolo. Kelompok kami
mendapatkan bahan kacang kedelai kuning untuk dilakukan fermentasi. Pada awal
fermentasi wujud tempe masih dalam bentuk kedelai. Setelah satu hari fermentasi
mulai tumbuh miselia dan semakin lama miselia semakin memadat. Aromanya pun
mulai berubah dan terbentuk embun di plastik pembungkus tempe. mengembunan menandakan bahwa miselia
mulai berkembang. Oksigen dan suhu ruang fermentasi merupakan faktor penyebab
terjadinya pengembunan.
Tempe
yang kami hasilkan dari kacang kedelai kuning, memiliki warna kekuningan yang
berasal dari warna dasar kedelai, aromanya khas aroma kedelai dan khas tempe,
memiliki rasa tawar setelah digoreng, dan teksturnya agak keras.
Dari
kelima bahan kacang-kacangan yang digunakan, kami mendapatkan hasil bahwa tempe
berbahan dasar kedelai kuning memiliki tingkat kesukaan yang paling tinggi dan
cocok untuk dijadikan lauk.
Tempe berbahan dasar kacang hijau hasilnya
berbau tidak sedap, rasanyapun agak pahit. Kacang hijau memiliki kandungan
karbohidrat yang lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan proteinnya.
Dari
bahan dasar kacang tanah, teksturnya agak keras dan miseliumnya kurang kompak.
Kacang tanah lebih cocok untuk diolah menjadi oncom daripada dibuat menjadi
tempe.
Dari
bahan dasar kacang tolo aromanya busuk seperti amoniak dan tidak layak untuk
dimakan. Kacang tolo lebih cocok untuk dicampur dalam masakan daripada dibuat
menjadi tempe.
Gangguan
pada pembuatan tempe diantaranya adalah tempe tetap basah, jamur tumbuh kurang
baik, tempe berbau busuk, ada bercak hitam dipermukaan tempe, dan jamur hanya tumbuh
baik di salah satu tempat.
Praktek yang kedua adalah pembuatan
tape singkong. Tape dibuat dari bahan dasar ubi/ singkong yang diinokulasikan
dengan 0,5% b/b atau 1,25 gram ragi tape/ Saccharomices cerevisiae karena kami
menggunakan 250 gram singkong. Pada 24 jam fermentasi singkong mulai beraroma
etanol dan berair. Tape dari kelompok kami memiliki hasil yang paling baik
dibandingkan dengan tape dari kelompok lain. Tape yang kami buat, memiliki
warna putih kekuningan, aromanya harum, memiliki rasa yang manis, hal ini
disebabkan oleh ragi (Saccharomyces Cereviceae) mengeluarkan enzim yang dapat
memecah karbohidrat pada singkong menjadi gula yang lebih sederhana. Oleh
karena itu, tape terasa manis apabila sudah matang walaupun tanpa diberi gula
sebelumnya. dan teksturnya lembut/lunak.
Sedangkan
pada kelompok lain warna tapenya berubah menjadi kuning gelap dan memiliki
aroma yang tidak sedap atau telah terjadi kontaminan. Hal ini kemungkinan dapat
terjadi karena bahan baku singkong yang digunakan terlalu matang/lembek.
Kegagalan
dalam pembuatan tape, juga dapat disebabkan oleh:
1)
Ragi terlalu banyak.
2)
Wadah tidak tertutup rapat
3)
Singkong kurang bersih
I. KESIMPULAN
1.
Tape dan tempe merupakan contoh dari produk fermentasi. Fermentasi pada tape
dapat dilakukan dengan menginokulasikan ragi tape (Saccharomices Cerreviseae)
dengan singkong, sedangkan pada tempe bahan baku (kedelai) diinokulasikan
dengan ragi tempe (Rhizopus sp)
2.
Dari hasil tape yang kami buat hasilnya paling baik bila dibandingkan dengan
kelompok lain, tape yang kami buat memiliki rasa yang manis, aromanya harum,
teksturnya lembut dan berair, serta memiliki warna putih kekuningan.
3.
Dari hasil tempe yang kami buat, memiliki warna putih kekuningan, aromanya khas
tempe, rasanya tawar, dan teksturnya agak keras karena terdapat beberapa biji
kedelai yang masih utuh.
4.
Setelah percobaan ternyata tidak semua jenis kacang-kacangan cocok untuk dijadikan
bahan dasar pembuatan tempe. Kacang tolo lebih cocok untuk dijadikan
masakan/campuran dalam sayuran. Kacang tanah lebih cocok difermentasikan
menjadi oncom
J. DAFTAR
PUSTAKA
Anshori, Rohman.
1989. Pengantar Teknologi Fermentasi. Depdikbud Dirjen Perguruan
Tinggi PAU Pangan dan Gizi. Bogor :
IPB.
Buckle, K.A., et.all, 1988, Ilmu Pangan, Jakarta: UI-Press.
Cahyadi,
W. 2006. Kedelai Khasiat dan Teknologi.
Bumi Aksara. Bandung.
Desrosier, N.W. 1987. Teknologi
Pengawetan Pangan. Jakarta : UI Press.
Kasmidjo,R.B.,1990.
TEMPE : Mikrobiologi dan Kimia Pengolahan
serta Pemanfaatannya. PAU
Pangan dan Gizi UGM. Yogyakarta.
Keenan, Charles,
W. 1986. Ilmu Kimia Universitas Edisi Keenam. Terjemahan Aloysius Pudjaatmaka. Jakarta : Erlangga.
Maimuna, S. 2004. Pengaruh
Interaksi Variasi Suhu dan Lama Fermentasi Terhadap Kadar Glukosa dan Kadar Alkohol Tape Ketan
Hitam. Malang: Skripsi tidak diterbitkan. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Malang.
Purwoko T, Pramudyanti IR. 2004. Pengaruh CaCO3 pada fermentasi asam laktat
oleh Rhizopus oryzae. J Mikrobiol
Indon 9: 19-22.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar