Rabu, 09 Juli 2014

Mengenal Intoleransi Laktosa




1. Definisi

      Susu merupakan makanan yang hampir sempurna ditinjau dari kandungan gizinya dan merupakan makanan alami satu-satunya bagi makhluk hidup mamalia yang baru dilahirkan. Seperti halnya manusia, Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan tunggal (single food) yang paling sempurna bagi bayi yang baru dilahirkan sampai usia 4 bulan.

     Susu  merupakan  sumber  nutrisi  yang  penting  untuk  pertumbuhan  bayi mammalia,  termasuk  manusia,  yang  mengandung  karbohidrat,  protein,  lemak, mineral  dan  vitamin.  Laktosa  yang  merupakan  satu-satunya  karbohidratvdalam susu mammalia, adalah disakarida yang terdiri dari gabungan 2 monosakrida yaitu glukosa dan galaktosa (Heyman, 2006).

      Pada hakikatnya orangtua memberikan anaknya susu atau bayi atau bayi diberikan air susu ibu (ASI) dan orang yang sudah lanjut usia (lansia) meminum susu dalam rangka untuk memperoleh asupan sumber energy yang diperoleh dari laktosa dan glukosa. Sumber energy tersebut akan terbuang sia-sia dari dalam tubuh yang mengonsumsinya, apabila laktosa tidak mengalami proses digestif lebih lanjut. Kejadian ini sering menimpa tidak hanya pada lansia saja, tetapi pada bayi dan remaja yang mengalami ketidakmampuan melakukan proses digestif terhadap laktosa yang terkandung pada susu yang dikonsumsinya.



Definisi Intoleransi Laktosa menurut beberapa ahli:

a. Hegar dan Buller

            Intoleransi Laktosa adalah suatu keadaan yang ditandai dengan timbulnya berbagai macam gejala setelah mengkonsumsi laktosa dan defisiensi lactase sebagai keadaan berkurangnya aktifitas lactase yang diukur pada specimen biopsy mukosa usus halus.

b. Heyman

            Intoleransi laktosa merupakan suatu kondisi yang sering terjadi diseluruh dunia dimana laktosa tidak bisa tercerna dengan baik karena adanya defisiensi enzim lactase. Laktosa yang bisa terpecah menjadi glukosa dan galaktosa inilah yang akan menimbulkan beberapa manifestasi klinis yang beragam, mulai dari sakit perut, mual, muntah, kembung, hingga diare.


c. Winarno

            Gejala-gejala sakit perut, mulas, kejang perut, pengeluaran gas, dan mencret. keadaan ini dapat menyebabkan orang menjadi enggan minum susu. Hal ini disebabkan karena laktosa karena beberapa hal menjadi tidak dapat dipecah oleh getah pencernaan, maka  laktosa  yang mempunyai  sifat  osmotik tinggi  ini  dapat  menarik  air  dari  cairan  ke  dalam  saluran  pencernaan  usus  kecil.

            Masuknya  cairan  ke  dalam  usus  kecil  akan merangsang  gerakan  peristaltik  dinding usus menjadi  lebih  cepat.  Hal  ini  akan mendorong  isi  usus  kecil  berpindah  secara

cepat pula ke dalam usus besar. Di dalam usus besar ini bakteri-bakteri akan memfer-

mentasi  laktosa menghasilkan  berbagai  asam  organik  dan  gas.

            Diare akibat minum susu disebabkan oleh berkurangnya enzim laktase di dalam tubuh. Orang yang menderita kekurangan enzim laktase akan mengalami kesulitan mencerna laktosa sehingga menimbulkan gejala diare, murus-murus, dan mual setelah minum susu. Gejala yang demikian disebut lactose intolerance (intoleransi laktosa). Fungsi enzim lactase adalah mencerna laktosa (gula susu) dan menguraikannya menjadi glukosa dan galaktosa.

            Berbeda dengan laktosa yang merupakan polisakarida yang susah diserap oleh tubuh, glukosa dan galaktosa merupakan gula-gula sederhana yang sangat mudah diserap oleh usus dan dimanfaatkan untuk proses metabolisme. (Astawan, 2004).



2. Etiologi / Penyebab

            Intoleransi laktosa disebabkan oleh ketidakmampuan laktosa dipecah oleh getah pencernaan. Laktosa menurut Webb dan Whittler (1970), merupakan karbohidrat utama yang terdapat didalam susu. Laktosa adalah disakarida yang terdiri dari glukosa dan galaktosa. Laktosa  ini terdapat dalam susu dalam fase larutan yang sesungguhnya dan demikian mudah diasimilasikan sebagai makanan dengan proses hidrolisis menjadi glukosa dan galaktosa  oleh usus, yakni laktase (β- galaktosidase).

            Sedangkan laktase merupakan enzim yang penting untuk hirolisa laktosa yang terdapat pada susu. Pada brush border vili usus halus terdapat enzim lain seperti sukrase, maltase, dan glukoamilase. Laktase ditemukan pada bagian luar brush border dan diantara semua disakaridase, laktase yang paling sedikit. Pada kerusakan mukosa karena gastroenteritis, aktivitas enzim laktase akan terganggu. (Sinuhaji, 2006).

            Laktase dapat menghidrolisa berbagai macam substrat. Enzim laktase termasuk dalam kelas enzim β-galactosidase sehingga memiliki aktivitas glukosidase dan glikosilceramidase

            Laktase memiliki 2 sisi aktif, satu untuk memecah laktosa dan yang lainnya untuk hidrolisa pholorizin dan glicolipid. Sejumlah aksi dari sisi phlorizin berguna untuk manusia dan dapat menjelaskan mengapa masih ada aktivitas enzim laktase setelah proses penyapihan. (Campbell et al, 2005).

             Gen  pengkode  laktase  terletak  pada  kromosom  2  (Enattah  et  al.  2002). Ekspresinya terutama pada enterosit usus halus mammalia dan sangat sedikit pada kolon selama perkembangan janin. Manusia terlahir dengan ekspresi laktase yang tinggi. Pada sebagian besar populasi di dunia, transkiripsi laktase di down regulasi setelah penyapihan, yang menyebabkan menghilangnya ekspresi laktase pada usus halus, dimana hilangnya ekspresi  laktase  inilah yang menjadi salah satu tanda dari intoleransi laktosa (Sinuhaji, 2006).  



    Ada beberapa terminologi yang berkaitan dengan intoleransi laktosa, antara lain:



a. Malabsorbsi Laktosa

            Permasalahan fisiologis yang bermanifestasi sebagai intoleransi laktosa dan disebabkan karena ketidakseimbangan antara jumlah laktosa yang dikonsumsi dengan kapasitas laktase untuk menghidrolisa disakarida. (Heyman, 2006).

b. Defisiensi Laktase Primer

            Tidak adanya laktase baik secara relatif maupun absolut yang terjadi pada anak-anak usia yang bervariasi pada kelompok ras tertentu dan merupakan penyebab tersering malabsorbsi laktosa dan intoleransi laktosa. Defisiensi laktase primer juga sering disebut hipolaktasia tipe dewasa, laktase nonpersisten, atau defisiensi laktase herediter. (Heyman, 2006).

Kebiasaan masyarakat yang tidak lagi minum susu setelah disapih dapat secara bertahap mengakibatkan intoleransi laktosa (Winarno, 1982).

c. Defisiensi Laktase Sekunder

            Defisiensi laktase yang diakibatkan oleh injuri usus kecil, seperti pada gastroenteritis akut, diare persisten, kemoterapi kanker, atau penyebab lain injuri pada mukosa usus halus, dan dapat terjadi pada usia berapapun, namun lebih sering terjadi pada bayi (Heyman, 2006).

d. Defisiensi Laktase Konginetal

            Merupakan kelainan yang sangat jarang terjadi yang disebabkan karena mutasi pada gen LTC. Gen LTC ini yang memberikan instruksi untuk oembuatan enzim laktase. (Madry, 2010).

Intoleransi laktosa disebabkan oleh penurunan atau tidak adanya aktivitas lactase yang mencegah pemecahan laktosa (defisiensi lactase). Defisiensi lactase dapat terjadi karena 3 hal, yaitu:

1.    Bawaan sejak lahir

Intoleransi laktosa karena bawaan sejak lahir ini sangat jarang sekali terjadi. Apabila hal ini terjadi pada bayi, maka bayi tersebut harus mendapat makanan pengganti yang bebas dari laktosa.



2.    Efek penyakit lain

Jenis defisiensi ini adalah disebabkan oleh penyakit yang merusak lapisan usus kecil bersama dengan lactase. Sebagai contoh adalah penyakit sariawan.



3.    Factor usia

Penyebab umum defisiensi lactase adalah penurunan jumlah lactase yang terjadi setelah masa kanak-kanak dan berlanjut ke masa dewasa, dan disebut sebagai  jenis hypolactasia dewasa, dan hal ini terjadi secara genetis.




            Bila laktosa karena suatu hal tidak berhasil dipecah oleh getah pencernaan, maka laktosa yang mempunyai sifat osmotik tinggi ini dapat menarik air dari cairan ke dalam saluran pencernaan usus kecil. Masuknya cairan ke dalam usus kecil akan merangsang gerakan peristaltik dinding usus menjadi lebih cepat.

Hal ini akan mendorong isi usus kecil berpindah secara cepat pula ke dalam usus besar. Didalam usus besar ini bakteri-bakteri akan memfermentasi laktosa menjadi asam organik dan gas. Kemudian timbullah gejala-gejala sakit perut, mulas, kejang perut, pengeluaran gas, dan mencret. Timbulnya gejala ini dapat menyebabkan orang enggan meminum susu. (Winarno, 1982).

            Apabila terjadi defisiensi lactase baik primer maupun sekunder, laktosa tidak dapat dipecah menjadi bentuk yang mudah diserap, sehingga laktosa akan menumpuk. Laktosa merupakan sumber energi yang baik untuk mikroorganisme di kolon, dimana laktosa akan difermentasi oleh mikroorganisme tersebut dan menghasilkan asam laktat, gas methan (CH4), dan hirogen (H2).

            Gas yang diproduksi tersebut memberikan perasaan tidak nyaman dan distensi usus dan flatulensia. Asam laktat yang diproduksi oleh mikroorganisme tersebut aktif secara osmotik dan menarik lumen ke usus, demikian juga laktosa yang tidak tercerna juga menarik air sehingga menyebabkan diare. Bila cukup berat, produksi gas dan adanya diare tadi akan menghambat penyerapan nutrisi lainnya seperti protein dan lemak. (Sinuhaji, 2006).



3. Pencegahan

            Agar  penderita  lactose  intolerance  dapat menikmati  susu  lebih  banyak, maka sebaiknya kadar  laktosa dalam susu dapat dikurangi hingga serendah mungkin. Cara yang biasa dilakukan untuk mengurangi kadar laktosa dalam susu adalah kristalisasi, ultra  filtrasi,  fermentasi, dan hidrolisis. Kedua  cara  terakhir  lebih banyak digunakan secara  komersial  dalam  industri-industri  pangan.  Cara  hidrolisis  adalah  suatu  cara penguraian  laktosa  dengan menggunakan  enzim  laktase  sehingga  kadar  laktosanya hanya tinggal 25% dari semula. Sedang cara fermentasi susu diubah menjadi produk-produk baru misalnya susu asam dan yoghurt, yang pada umumnya dapat menurun-kan seperempat kadar  laktosa yang ada, dan sisanya masih  tertinggal dalam produk susu  tersebut.  Bagi  penderita  lactose  intolerance,  konsumsi  susu  atau  produk  susu yang  telah mengalami hidrolisis  laktase maupun yang  telah  terfermentasi  tidak menyebabkan timbulnya gejala-gejala yang tidak diinginkan.


Dalam proses hidrolisis dengan menggunakan laktase, dengan sengaja  laktosa tidak semuanya dihidrolisis, tetapi ditinggalkan tersisa sebanyak 25%. Hal ini karena laktosa yang tertinggal tersebut diperlukan untuk merangsang produksi enzim laktase dalam usus, dan  laktosa yang  tertinggal masih mampu memproduksi asam  sehingga dapat cukup menurunkan pH dinding usus, suatu kondisi yang diperlukan untuk meningkatkan penyerapan ion-ion kalsium.

            Secara komersial laktase yang akan digunakan dapat diperoleh di pasaran, baik yang  berasal  dari  khamir  (Kluveromyces  fragilis)  yang  disebut  lactozyms,  maupun laktase  dari  kapang  (Aspergillus  niger).  Laktase  yang  berasal  dari  kapang  biasanya tetap  stabil pada kisaran pH yang  luas,  sedang  laktase khamir biasanya mempunyai keaktifan lebih tinggi daripada laktase kapang.

            Sumber  laktase  yang  biasa  digunakan  dalam  industri  adalah  dari  beberapa jenis  khamir:  Saccharomyces  fragilis,  Zygosaccharomyces  lactis  atau  Candida pseudotropicalis.  Jenis-jenis khamir  ini secara normal kadang-kadang terdapat dalam susu, cream, atau produk susu  lainnya. Enzim  ini dapat diperoleh dengan cara mem-biakkan khamir tersebut pada media whey atau laktosa, khamir dipisahkan, kemudian diautolisis atau diekstraksi dengan  filtrasi, sehingga diperoleh  filtrat yang bebas dari sel. Enzimnya sendiri kemudian dapat diendapkan dari  filtratnya dengan menggunakan bahan-bahan pelarut. Laktase khamir (β-galaktosidase) mempunyai pH optimal 6-7, pH normal susu, cream, atau konsentrat susu.

            Jika terlanjur menderita lactose intolerance, khususnya pada lansia, dianjurkan untuk mengonsumsi  produk  susu  olahan  berkadar  laktosa  rendah  atau  susu  sama sekali bebas  laktosa. Contoh susu berkadar  laktosa rendah adalah susu hasil  fermentasi,  seperti  yoghurt,  kefir,  yakult,  sedangkan  susu  yang  bebas  laktosa  adalah  susu kacang-kacangan, seperti susu kedelai dan susu kacang hijau.

Intoleransi laktosa juga dapat dicegah atau ditangani antara lain melalui cara :

a. Pertumbuhan anak tidak akan terhambat hanya karena tidak mengonsumsi susu atau laktosa. Oleh sebab itu dapat diganti dengan memakan sumber kalsium yang lain, seperti: daging, ikan laut, dan telur.

b. Untuk mengurangi gejala intoleransi laktosa dapat mengonsumsi susu dengan cara dicampurkan dengan makanan tinggi serat, seperti: sereal dan gandum.



4. Kesimpulan

            Intoleransi laktosa merupakan gejala-gejala sakit perut, mulas, kejang perut, pengeluaran gas, dan mencret. keadaan ini dapat menyebabkan orang menjadi enggan minum susu. Hal ini disebabkan karena laktosa karena beberapa hal menjadi tidak dapat dipecah oleh getah pencernaan, maka  laktosa  yang mempunyai  sifat  osmotik tinggi  ini  dapat  menarik  air  dari  cairan  ke  dalam  saluran  pencernaan  usus  kecil. Intoleransi laktosa ini biasa diderita okleh bayi dan lansia. Untuk mencegah kekurangan zat gizi yang terdapat pada susu, maka penderita intoleransi laktosa dapat mengonsumsi makanan pengganti yang memiliki zat gizi sama atau hampir sama dengan susu. Makanan tersebut antara lain: susu kedelai, yogurt, daging, ikan laut, telur, dan sayuran .

DAFTAR PUSTAKA



Astawan, Made. 2004. Bersahabat dengan Kolesterol. Solo: Tiga Serangkai

Hegar, B., Buller, H.A. 1995. Breath Hydrofen Test in Lactose Malabsorption. Paediatric

                  Indonesia; 35: 161-171

Heyman, M.B. 2006. Lactose Intolerance in infants, Children, and Adolescent, Ped. J.

                 118,3,1279

Madry, E, Fidler E, Walkowiak, J. 2010. Lactose Intolerance- Current State of Knowledge. Acta

                 Sci, PI,. Tecnol Aliment, 9 (3), 343-350

Sinuhaji, A.B. 2006. Intoleransi Laktosa. Majalah Kedokteran Nusantara 39, 4, 424-429

Sumarjiana, I, K,L. 2011. Lactose Intolerance: Suatu Kasus Ketidakmampuan Usus Untuk

                Mencerna Laktosa. Dalam Jurnal WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol 10 No

                3

Webb, B.H. dan E.O. Whittler. 1970. Bioproducts from Milk. Second Edition. Connecticut: AVI 

                 Publishing Co.Inc

Winarno, F. G. 1982. Enzim Pangan. Jakarta: PT. Gramedia



                                              

                                              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar