1. Definisi
Susu
merupakan makanan yang hampir sempurna ditinjau dari kandungan gizinya dan
merupakan makanan alami satu-satunya bagi makhluk hidup mamalia yang baru
dilahirkan. Seperti halnya manusia, Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya
makanan tunggal (single food) yang paling sempurna bagi bayi yang baru
dilahirkan sampai usia 4 bulan.
Susu merupakan
sumber nutrisi yang
penting untuk pertumbuhan
bayi mammalia, termasuk manusia,
yang mengandung karbohidrat,
protein, lemak, mineral dan
vitamin. Laktosa yang
merupakan satu-satunya karbohidratvdalam susu mammalia, adalah disakarida
yang terdiri dari gabungan 2 monosakrida yaitu glukosa dan galaktosa (Heyman,
2006).
Pada
hakikatnya orangtua memberikan anaknya susu atau bayi atau bayi diberikan air
susu ibu (ASI) dan orang yang sudah lanjut usia (lansia) meminum susu dalam rangka
untuk memperoleh asupan sumber energy yang diperoleh dari laktosa dan glukosa.
Sumber energy tersebut akan terbuang sia-sia dari dalam tubuh yang
mengonsumsinya, apabila laktosa tidak mengalami proses digestif lebih lanjut.
Kejadian ini sering menimpa tidak hanya pada lansia saja, tetapi pada bayi dan
remaja yang mengalami ketidakmampuan melakukan proses digestif terhadap laktosa
yang terkandung pada susu yang dikonsumsinya.
Definisi
Intoleransi Laktosa menurut beberapa ahli:
a. Hegar dan Buller
Intoleransi
Laktosa adalah suatu keadaan yang ditandai dengan timbulnya berbagai macam
gejala setelah mengkonsumsi laktosa dan defisiensi lactase sebagai keadaan
berkurangnya aktifitas lactase yang diukur pada specimen biopsy mukosa usus
halus.
b. Heyman
Intoleransi
laktosa merupakan suatu kondisi yang sering terjadi diseluruh dunia dimana
laktosa tidak bisa tercerna dengan baik karena adanya defisiensi enzim lactase.
Laktosa yang bisa terpecah menjadi glukosa dan galaktosa inilah yang akan
menimbulkan beberapa manifestasi klinis yang beragam, mulai dari sakit perut,
mual, muntah, kembung, hingga diare.
c. Winarno
Gejala-gejala
sakit perut, mulas, kejang perut, pengeluaran gas, dan mencret. keadaan ini
dapat menyebabkan orang menjadi enggan minum susu. Hal ini disebabkan karena
laktosa karena beberapa hal menjadi tidak dapat dipecah oleh getah pencernaan, maka laktosa
yang mempunyai sifat osmotik tinggi ini
dapat menarik air
dari cairan ke
dalam saluran pencernaan
usus kecil.
Masuknya cairan
ke dalam usus
kecil akan merangsang gerakan
peristaltik dinding usus
menjadi lebih cepat.
Hal ini akan mendorong isi
usus kecil berpindah
secara
cepat pula ke dalam usus besar. Di
dalam usus besar ini bakteri-bakteri akan memfer-
mentasi laktosa menghasilkan berbagai
asam organik dan
gas.
Diare
akibat minum susu disebabkan oleh berkurangnya enzim laktase di dalam tubuh. Orang yang menderita kekurangan enzim laktase
akan mengalami kesulitan mencerna laktosa sehingga menimbulkan gejala diare,
murus-murus, dan mual setelah minum susu. Gejala yang demikian disebut lactose intolerance (intoleransi
laktosa). Fungsi enzim lactase adalah mencerna laktosa (gula susu) dan
menguraikannya menjadi glukosa dan galaktosa.
Berbeda
dengan laktosa yang merupakan polisakarida yang susah diserap oleh tubuh,
glukosa dan galaktosa merupakan gula-gula sederhana yang sangat mudah diserap
oleh usus dan dimanfaatkan untuk proses metabolisme. (Astawan, 2004).
2. Etiologi / Penyebab
Intoleransi laktosa disebabkan oleh
ketidakmampuan laktosa dipecah oleh getah pencernaan. Laktosa menurut Webb dan
Whittler (1970), merupakan karbohidrat utama yang terdapat didalam susu.
Laktosa adalah disakarida yang terdiri dari glukosa dan galaktosa. Laktosa ini terdapat dalam susu dalam fase larutan
yang sesungguhnya dan demikian mudah diasimilasikan sebagai makanan dengan
proses hidrolisis menjadi glukosa dan galaktosa oleh usus, yakni laktase (β- galaktosidase).
Sedangkan laktase merupakan enzim
yang penting untuk hirolisa laktosa yang terdapat pada susu. Pada brush border
vili usus halus terdapat enzim lain seperti sukrase, maltase, dan glukoamilase.
Laktase ditemukan pada bagian luar brush border dan diantara semua
disakaridase, laktase yang paling sedikit. Pada kerusakan mukosa karena
gastroenteritis, aktivitas enzim laktase akan terganggu. (Sinuhaji, 2006).
Laktase dapat menghidrolisa berbagai
macam substrat. Enzim laktase termasuk dalam kelas enzim β-galactosidase
sehingga memiliki aktivitas glukosidase dan glikosilceramidase
Laktase memiliki 2 sisi aktif, satu
untuk memecah laktosa dan yang lainnya untuk hidrolisa pholorizin dan
glicolipid. Sejumlah aksi dari sisi phlorizin berguna untuk manusia dan dapat
menjelaskan mengapa masih ada aktivitas enzim laktase setelah proses penyapihan.
(Campbell et al, 2005).
Gen
pengkode laktase terletak
pada kromosom 2
(Enattah et al.
2002). Ekspresinya terutama pada enterosit usus halus mammalia dan
sangat sedikit pada kolon selama perkembangan janin. Manusia terlahir dengan
ekspresi laktase yang tinggi. Pada sebagian besar populasi di dunia, transkiripsi
laktase di down regulasi setelah penyapihan, yang menyebabkan menghilangnya
ekspresi laktase pada usus halus, dimana hilangnya ekspresi laktase
inilah yang menjadi salah satu tanda dari intoleransi laktosa (Sinuhaji,
2006).
Ada
beberapa terminologi yang berkaitan dengan intoleransi laktosa, antara lain:
a. Malabsorbsi Laktosa
Permasalahan
fisiologis yang bermanifestasi sebagai intoleransi laktosa dan disebabkan
karena ketidakseimbangan antara jumlah laktosa yang dikonsumsi dengan kapasitas
laktase untuk menghidrolisa disakarida. (Heyman, 2006).
b. Defisiensi Laktase Primer
Tidak
adanya laktase baik secara relatif maupun absolut yang terjadi pada anak-anak
usia yang bervariasi pada kelompok ras tertentu dan merupakan penyebab
tersering malabsorbsi laktosa dan intoleransi laktosa. Defisiensi laktase
primer juga sering disebut hipolaktasia tipe dewasa, laktase nonpersisten, atau
defisiensi laktase herediter. (Heyman, 2006).
Kebiasaan masyarakat yang tidak lagi
minum susu setelah disapih dapat secara bertahap mengakibatkan intoleransi
laktosa (Winarno, 1982).
c. Defisiensi Laktase Sekunder
Defisiensi
laktase yang diakibatkan oleh injuri usus kecil, seperti pada gastroenteritis
akut, diare persisten, kemoterapi kanker, atau penyebab lain injuri pada mukosa
usus halus, dan dapat terjadi pada usia berapapun, namun lebih sering terjadi
pada bayi (Heyman, 2006).
d. Defisiensi Laktase Konginetal
Merupakan
kelainan yang sangat jarang terjadi yang disebabkan karena mutasi pada gen LTC.
Gen LTC ini yang memberikan instruksi untuk oembuatan enzim laktase. (Madry,
2010).
Intoleransi
laktosa disebabkan oleh penurunan atau tidak adanya aktivitas lactase yang
mencegah pemecahan laktosa (defisiensi lactase). Defisiensi lactase dapat
terjadi karena 3 hal, yaitu:
1.
Bawaan
sejak lahir
Intoleransi laktosa karena bawaan
sejak lahir ini sangat jarang sekali terjadi. Apabila hal ini terjadi pada
bayi, maka bayi tersebut harus mendapat makanan pengganti yang bebas dari
laktosa.
2.
Efek
penyakit lain
Jenis defisiensi ini adalah disebabkan
oleh penyakit yang merusak lapisan usus kecil bersama dengan lactase. Sebagai
contoh adalah penyakit sariawan.
3.
Factor
usia
Penyebab umum defisiensi lactase
adalah penurunan jumlah lactase yang terjadi setelah masa kanak-kanak dan
berlanjut ke masa dewasa, dan disebut sebagai
jenis hypolactasia dewasa, dan hal ini terjadi secara genetis.
Bila
laktosa karena suatu hal tidak berhasil dipecah oleh getah pencernaan, maka
laktosa yang mempunyai sifat osmotik tinggi ini dapat menarik air dari cairan
ke dalam saluran pencernaan usus kecil. Masuknya cairan ke dalam usus kecil
akan merangsang gerakan peristaltik dinding usus menjadi lebih cepat.
Hal ini akan mendorong isi usus kecil
berpindah secara cepat pula ke dalam usus besar. Didalam usus besar ini
bakteri-bakteri akan memfermentasi laktosa menjadi asam organik dan gas.
Kemudian timbullah gejala-gejala sakit perut, mulas, kejang perut, pengeluaran
gas, dan mencret. Timbulnya gejala ini dapat menyebabkan orang enggan meminum
susu. (Winarno, 1982).
Apabila
terjadi defisiensi lactase baik primer maupun sekunder, laktosa tidak dapat
dipecah menjadi bentuk yang mudah diserap, sehingga laktosa akan menumpuk.
Laktosa merupakan sumber energi yang baik untuk mikroorganisme di kolon, dimana
laktosa akan difermentasi oleh mikroorganisme tersebut dan menghasilkan asam
laktat, gas methan (CH4), dan hirogen (H2).
Gas
yang diproduksi tersebut memberikan perasaan tidak nyaman dan distensi usus dan
flatulensia. Asam laktat yang diproduksi oleh mikroorganisme tersebut aktif
secara osmotik dan menarik lumen ke usus, demikian juga laktosa yang tidak
tercerna juga menarik air sehingga menyebabkan diare. Bila cukup berat,
produksi gas dan adanya diare tadi akan menghambat penyerapan nutrisi lainnya
seperti protein dan lemak. (Sinuhaji, 2006).
3. Pencegahan
Agar
penderita lactose intolerance
dapat menikmati susu lebih
banyak, maka sebaiknya kadar
laktosa dalam susu dapat dikurangi hingga serendah mungkin. Cara yang
biasa dilakukan untuk mengurangi kadar laktosa dalam susu adalah kristalisasi, ultra filtrasi,
fermentasi, dan hidrolisis. Kedua
cara terakhir lebih banyak digunakan secara komersial
dalam industri-industri pangan.
Cara hidrolisis adalah
suatu cara penguraian laktosa
dengan menggunakan enzim laktase
sehingga kadar laktosanya hanya tinggal 25% dari semula.
Sedang cara fermentasi susu diubah menjadi produk-produk baru misalnya susu
asam dan yoghurt, yang pada umumnya dapat menurun-kan seperempat kadar laktosa yang ada, dan sisanya masih tertinggal dalam produk susu tersebut.
Bagi penderita lactose
intolerance, konsumsi susu
atau produk susu yang
telah mengalami hidrolisis
laktase maupun yang telah terfermentasi
tidak menyebabkan timbulnya gejala-gejala yang tidak diinginkan.
Dalam
proses hidrolisis dengan menggunakan laktase, dengan sengaja laktosa tidak semuanya dihidrolisis, tetapi
ditinggalkan tersisa sebanyak 25%. Hal ini karena laktosa yang tertinggal
tersebut diperlukan untuk merangsang produksi enzim laktase dalam usus,
dan laktosa yang tertinggal masih mampu memproduksi asam sehingga dapat cukup menurunkan pH dinding
usus, suatu kondisi yang diperlukan untuk meningkatkan penyerapan ion-ion
kalsium.
Secara komersial laktase yang akan
digunakan dapat diperoleh di pasaran, baik yang
berasal dari khamir
(Kluveromyces fragilis) yang
disebut lactozyms, maupun laktase dari
kapang (Aspergillus niger).
Laktase yang berasal
dari kapang biasanya tetap stabil pada kisaran pH yang luas,
sedang laktase khamir biasanya
mempunyai keaktifan lebih tinggi daripada laktase kapang.
Sumber laktase
yang biasa digunakan
dalam industri adalah
dari beberapa jenis khamir:
Saccharomyces fragilis, Zygosaccharomyces lactis
atau Candida pseudotropicalis. Jenis-jenis khamir ini secara normal kadang-kadang terdapat
dalam susu, cream, atau produk susu
lainnya. Enzim ini dapat
diperoleh dengan cara mem-biakkan khamir tersebut pada media whey atau laktosa,
khamir dipisahkan, kemudian diautolisis atau diekstraksi dengan filtrasi, sehingga diperoleh filtrat yang bebas dari sel. Enzimnya sendiri
kemudian dapat diendapkan dari
filtratnya dengan menggunakan bahan-bahan pelarut. Laktase khamir
(β-galaktosidase) mempunyai pH optimal 6-7, pH normal susu, cream, atau
konsentrat susu.
Jika terlanjur menderita lactose
intolerance, khususnya pada lansia, dianjurkan untuk mengonsumsi produk
susu olahan berkadar
laktosa rendah atau
susu sama sekali bebas laktosa. Contoh susu berkadar laktosa rendah adalah susu hasil fermentasi,
seperti yoghurt, kefir,
yakult, sedangkan susu
yang bebas laktosa
adalah susu kacang-kacangan,
seperti susu kedelai dan susu kacang hijau.
Intoleransi
laktosa juga dapat dicegah atau ditangani antara lain melalui cara :
a.
Pertumbuhan anak tidak akan terhambat hanya karena tidak mengonsumsi susu atau
laktosa. Oleh sebab itu dapat diganti dengan memakan sumber kalsium yang lain,
seperti: daging, ikan laut, dan telur.
b.
Untuk mengurangi gejala intoleransi laktosa dapat mengonsumsi susu dengan cara
dicampurkan dengan makanan tinggi serat, seperti: sereal dan gandum.
4. Kesimpulan
Intoleransi
laktosa merupakan gejala-gejala sakit perut, mulas, kejang perut, pengeluaran
gas, dan mencret. keadaan ini dapat menyebabkan orang menjadi enggan minum
susu. Hal ini disebabkan karena laktosa karena beberapa hal menjadi tidak dapat
dipecah oleh getah pencernaan, maka
laktosa yang mempunyai sifat
osmotik tinggi ini dapat
menarik air dari
cairan ke dalam
saluran pencernaan usus
kecil. Intoleransi laktosa ini biasa diderita okleh bayi dan lansia.
Untuk mencegah kekurangan zat gizi yang terdapat pada susu, maka penderita
intoleransi laktosa dapat mengonsumsi makanan pengganti yang memiliki zat gizi
sama atau hampir sama dengan susu. Makanan tersebut antara lain: susu kedelai,
yogurt, daging, ikan laut, telur, dan sayuran .
DAFTAR PUSTAKA
Astawan,
Made. 2004. Bersahabat dengan Kolesterol. Solo: Tiga Serangkai
Hegar, B.,
Buller, H.A. 1995. Breath Hydrofen Test in Lactose Malabsorption. Paediatric
Indonesia; 35: 161-171
Heyman, M.B.
2006. Lactose Intolerance in infants, Children, and Adolescent, Ped. J.
118,3,1279
Madry, E,
Fidler E, Walkowiak, J. 2010. Lactose Intolerance- Current State of Knowledge.
Acta
Sci, PI,. Tecnol Aliment, 9
(3), 343-350
Sinuhaji,
A.B. 2006. Intoleransi Laktosa. Majalah Kedokteran Nusantara 39, 4, 424-429
Sumarjiana,
I, K,L. 2011. Lactose Intolerance: Suatu Kasus Ketidakmampuan Usus Untuk
Mencerna Laktosa. Dalam Jurnal
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol 10 No
3
Webb, B.H.
dan E.O. Whittler. 1970. Bioproducts from Milk. Second Edition. Connecticut:
AVI
Publishing Co.Inc
Winarno, F.
G. 1982. Enzim Pangan. Jakarta: PT. Gramedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar